Dihantui Bencana 1995, Korea Utara Putus Asa Hadapi Pandemi Covid-19
- Tiga kapal kargo Korea Utara mengangkut bantuan medis dari Cina.
- Rusia belum mengirim apa pun, kendati Kremlin janji kirim vaksin.
JERNIH — Setelah menolak bantuan Korea Selatan (Korsel) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Korea Utara (Korut) memohon bantuan ke Cina dan Rusia di tengah lonjakan kasus Covid-19.
Televisi YTN memberitakan Cina merespon permintaan Pyongyang dengan mengirim dokter, perawat, dan sejumlah besar peralatan medis, ke Korut pekan ini. Laporan lain menyebutkan Korut mengerahkan tiga pesawat kargo Air Koryo untuk membawa pasokan darurat dari Cina.
Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam riilis yang dikeluarkan Selasa lalu, mengatakan wakil Menlu Rusia Igor Morgulov mengadakan pertemuan dengan Dubes Korut untuk Moskwa Shin Hong-chul untuk membahas tanggapan terhadap penyebaran Covid-19. Namun Kemlu Rusia tidak merinci bantuan apa yang disalurkan ke Korut.
Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan menanggapi permintaan vaksi dari Korea Utara. Rusia mengembangkan vaksin Sputnik-V yang telah digunakan di sejumlah negara.
Namun pejabat Kedubes Rusia di Seoul menolak menanggapi pernyataan Korea Times mengenai bantuan vaksin untuk Korut. Kedubes Cina di Korsel juga tutup mulut.
Putus Asa
Laporan dari Pyongyang, seperti disampai kantor berita KCNA, menyebutkan Korut dalam keadaan putus asa. Kim Jong-un mengerahkan militernya untuk mendistribusikan obat-obatan ke sekujur Pyongyang.
Respon virus yang gagal akan berarti bencana kesehatan, karena belum seorang pun warga Korut yang mendapatkan vaksinasi. Korut juga kekurangan pasokan makanan.
Hakim Djaballah, CEO Institut Pasteur Korea, mengatakan jumlah kasus Covid-19 di Korut sebenarnya jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan. Ini disebabkan kemampuan pengujian di Korut yang tidak memadai.
Kim Phi-lo, profesor di Institut Studi Perdamaian dan Unifikasi Universitas Nasional Seoul, mengatakan warga Korut panik karena krisis kesehatan yang mereka saksikan belum pernah terjadi sebelumnya.
“Mereka terkejut,” kata Prof Kim. “Ini terlihat di wajah Kim Jong-un saat menyebut penyebaran virus sebagai turbulensi terbesar sejak memimpin Korut.”
Kim Jong-un juga terus terang mengatakan pandemi memicu ketakutan tentang kemungkinan terulangnya peristiwa tragis 1995, yaitu bencana kelaparan yang menewaskan ratusan ribu orang.
Kelaparan disebaban salah urus ekonomi, penangguhan bantuan ekonomi pasca pembubaran Uni Soviet, serangkaian banjir dan kekeringan yang menyebabkan penurunan produksi pangan. Krisis ini berlanjut sampai 1999.