Hasil Mobilisasi Parsial Vladimir Putin: Kremlin Kirim Tentara Lansia ke Ukraina
- Mereka tidak bisa lagi mengelak, dan pasrah dikirim ke garis depan medan tempur Ukraina.
- Lainnya, mencari cara menghindar dengan mematahkan lengan, membakar diri, atau menjadi pengasuh lansia.
JERNIH — Sejumlah foto tentara Rusia hasil mobilisasi parsial muncul di media sosial, viral, dan memunculkan perasaan campur aduk; kasihan, tawa tertahan, dan geleng kepala.
Salah satu foto memperlihatkan sejumlah lelaki tua berseragam, tanpa atau dengan sedikit senyum, mengelus senjata AK-47. Foto lain memperlihatkan Dad’s Army, demikian tentara itu dijuluki, mematung atau meperlihakan sikap sempurna ketika seorang pemuka agama memercikan air suci ke kepala mereka.
The Sun memberitakan gambar-gambar itu berasal dari Sevastopol, kota di Krimea yang dikuasai Rusia. Serdadu usia lanjut dalam foto itu adalah anggota baru tentara rusia yang siap diterjunkan ke garis depan.
Banyak dari lansia itu tidak dalam kondisi fisik prima, seperti biasa diperlihatkan Rusia saat berparade di Nakhimov Square. Gambar-gambar itu mirip dengan sitkom populer berjudul Dad’s Army, ketika para lansia yang tidak bisa berperang di luar negeri pada Perang Dunia II direkrut untuk mempertahan tanah air.
Pelatihan Dua Pekan
Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar mobilisasi parsial untuk mendapatkan 300 ribu tentara siap tempur di Ukraina. Kremlin mengirim surat perekrutan secara acak ke penduduk usia 19 sampai 60 tahun ke seluruh negeri.
Kebijakan ini memicu ketakutan di sekujur Rusia. Ratusan ribu orang kabur ke negara tetangga untuk menghindari wajib militer. Mereka yang bertahan, dan mendapat surat panggilan, menggelar aksi protes dengan kekerasan.
Mereka yang tak bisa lari, atau menolak panggilan, mulai dikumpulkan. Mereka akan mengikuti pelatihan dua pekan sebelum dikirim ke Ukraina. Padahal, pelatihan minimum untuk tentara adalah enam bulan.
Menyerah
Sejumlah video lain memperlihatkan tentara wajib militer di Ukraina timur, yang diduduki Rusia, berbondong-bondong menyerah. Ada pula video tentara yang mabuk berkelahi saat mereka hendak masuk ke dalam bus sekolah.
Saat 260 ribu orang Rusia menghindari wajib militer dengan lari ke luar negeri, ribuan lainnya mencari cara agar tak mendapatkan surat rekrutmen. Ada yang mendadak nikah, mandaftarkan diri sebagai pengasuh lansia, atau — ini yang paling ekstrem — mematahkan lengan.
Rekaman mengejutkan muncul beberapa hari lalu, seorang lelaki membakar diri di stasiun kereta api Ryazan — 110 mil tenggara Moskwa — agar tidak dikirim ke garis depan.
Situasi ini tampaknya tidak akan mengubah sikap Presiden Vladimir Putin untuk melanjutkan perang di Ukraina.