Pemimpin Pemberontak Suriah Memohon Percepatan Bantuan Gempa Bumi
Daerah tersebut telah berulang kali menjadi sasaran serangan udara oleh rezim Assad serta para pendukungnya di Moskow. AS telah menuntut Dewan Keamanan PBB, yang mengawasi bantuan melalui Bab al-Hawa, segera memberikan suara untuk meningkatkan aliran bantuan ke barat laut Suriah. Hal itu menimbulkan potensi pertarungan dengan Rusia, yang telah bekerja untuk menghalangi akses bantuan selama pemungutan suara sebelumnya.
JERNIH–Ahmed Hussein al-Shara, yang lebih dikenal dengan nama samaran Abu Mohammad al-Jolani, seorang pemimpin pemberontak Suriah yang kepalanya dihargai Amerika 10 juta dollar AS atau sekitar Rp 155 miliar, mendesak bantuan internasional untuk korban gempa di Idlib, Suriah. Namun ia meminta bantuan itu tidak lewat pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Assad.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa perlu memahami bahwa itu diperlukan untuk membantu dalam krisis,” kata Al-Jolani, di tengah krisis kemanusiaan yang telah mencapai tingkat kritis di Idlib. Jolani secara resmi ditetapkan sebagai teroris oleh AS pada tahun 2013 karena kepemimpinannya di Front al-Nusra, sebuah kelompok sempalan dari al-Qaida. Jolani sekarang mengepalai Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok yang mengaku telah memutuskan hubungan dengan masa lalu dalam upaya mengamankan hubungan dan dukungan dari dunia luar.
Namun Al-Jolani mengatakan, rezim Assad tidak dapat dipercaya untuk mengirimkan bantuan ke Suriah barat laut itu.
“Sejak satu jam pertama gempa, kami mengirim pesan ke PBB untuk meminta bantuan,” kata Al-Jolani kepada The Guardian di Idlib. “Sayangnya, tidak ada dukungan untuk tim SAR kami yang datang, juga tidak ada bantuan khusus untuk memerangi krisis ini.”
Sementara Washington telah mencabut sanksi atas bantuan gempa ke Damaskus, pertarungan politik terus berlanjut antara aktor internasional, pemerintah pemberontak di Suriah barat laut dan pemerintah Bashar al-Assad tentang bagaimana memastikan bahwa bantuan dengan aman mencapai daerah yang terkena dampak parah di sekitar Aleppo.
Beberapa aktor internasional telah mengusulkan pembukaan kembali penyeberangan lain ke Suriah utara, terutama Bab al-Salam, yang mengarah ke daerah jauh di utara Provinsi Aleppo yang masih berada di bawah kendali pemberontak.
Banyak orang di daerah yang dikuasai pemberontak, termasuk Jolani, mengatakan rezim Assad tidak dapat dipercaya untuk mengirimkan bantuan, dan bantuan kemanusiaan harus melewati barat laut dan ke daerah lain yang terkena dampak gempa, yang telah menyebabkan sekitar 5,3 juta orang kehilangan tempat tinggal.
Seorang juru bicara PBB pada hari Minggu mengatakan, bantuan yang melewati wilayah yang dikuasai oposisi telah tertahan oleh “masalah persetujuan” dengan HTS. Sementara Washington menuntut agar pemerintah Assad memberikan akses segera ke semua bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang dikuasai rezim di Suriah utara.
“Semua bantuan kemanusiaan harus diizinkan untuk bergerak melalui semua penyeberangan perbatasan,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.
Setelah kunjungan ke perbatasan Bab al-Hawa, satu-satunya jalur kehidupan dari Idlib ke dunia luar, Koordinator Bantuan Darurat PBB, Martin Griffiths mengatakan: “Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di barat laut Suriah.”
Jolani dan yang lainnya di barat laut berkeras bahwa penyeberangan itu tetap terbuka, tetapi bantuan yang dikirim oleh PBB tidak mencukupi. Dua puluh truk telah membawa bantuan ke Suriah barat laut dalam seminggu sejak gempa terjadi.
Daerah tersebut telah berulang kali menjadi sasaran serangan udara oleh rezim Assad serta para pendukungnya di Moskow. AS telah menuntut Dewan Keamanan PBB, yang mengawasi bantuan melalui Bab al-Hawa, segera memberikan suara untuk meningkatkan aliran bantuan ke barat laut Suriah. Hal itu menimbulkan potensi pertarungan dengan Rusia, yang telah bekerja untuk menghalangi akses bantuan selama pemungutan suara sebelumnya.
“Masyarakat internasional perlu dilibatkan dalam pembangunan kembali negara kami,” kata Jolani. Dia tidak mengklarifikasi kekuatan asing mana yang mungkin bersedia terlibat dengan HTS atau responsif terhadap upaya mengubah citra HTS.
Jolani telah bekerja untuk menghadirkan kontrol kelompok ini atas Idlib sebagai terobosan penting dari masa lalu, di mana HTS sekarang mewakili koalisi terpadu kelompok-kelompok jihadis yang telah meninggalkan ikatan mereka sebelumnya dengan Front al-Nusra. HTS telah memerangi kelompok sempalan al-Qaida lainnya serta anggota ISIS untuk menguasai Idlib.
Jolani mengatakan, HTS sangat ingin menyambut setiap kehadiran internasional di Idlib untuk melihat skala krisis, dan mengecilkan hubungan sebelumnya dengan al-Qaida. “Rezim Bashar al-Assad dan Rusia mengubah tempat ini menjadi gempa bumi yang berkelanjutan selama 12 tahun terakhir,” kata Jolani ketika ditanya apakah menurutnya upayanya untuk mengubah nama HTS telah berhasil. “Tetap saja kami telah membangun pemerintahan yang memenuhi kebutuhan rakyat kami. Kita harus mampu membangun tata kelola dan menopang masyarakat. Tapi tempat ini masih membutuhkan lebih banyak lagi.”
Ditanya apakah HTS memiliki kemampuan untuk merawat orang-orang Idlib, provinsi yang telah membengkak dengan pengungsi internal, banyak dari mereka sekarang mengungsi untuk kedua kalinya akibat gempa, Jolani mengatakan: “Kemampuan kami telah mencapai batasnya. Kami melakukan semua yang kami bisa.”
Terlepas dari ketergantungan Idlib pada Turki sebagai jalur kehidupannya ke dunia luar, presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, telah berulang kali mengancam akan mengirim pasukan lebih jauh ke Suriah utara serta berusaha untuk membangun kembali hubungan dengan Assad, langkah yang berisiko melemparkan Idlib lebih dalam kepada kekacauan.
Jolani mengatakan gempa berkekuatan 7,8 dan 7,6 yang telah menghancurkan wilayah Turki selatan dan Suriah utara dapat membatalkan rencana Erdogan. “Sejarah wilayah ini setelah gempa akan berbeda dengan sebelumnya,” kata mantan pemimpin pemberontak itu. [The Guardian]