RS Lapangan Indonesia di Turkiye Melayani tak Kenal Lelah dan Dikenal Ramah
- Ina-EMT tunduk pada jadwal layanan yang ditentukan, tapi tak menolak pasien yang datang malam hari.
- Penduduk Distrik Harsa, Propinsi Hatay, terkesan dengan keramahan tim medis Indonesia.
JERNIH — Rumah sakit lapangan Tim Medis Indonesia (Ina-EMT) diserbu korban gempa di Distrik Harsa, Propinsi Hatay, Turkiye, yang membutuhkan layanan dan perawatan kesehatan.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Istanbul, Turkiye, mengatakan sejak tiba 15 Februari RS Lapangan Tim Medis Indonesia kedatangan 200 pasien setiap hari. Sedangkan fasilitas yang tersedia hanya untuk 150 orang.
“Sekitar 70 persen pasien datang ke Ina-EMT dengan keluhan gangguan pernafasan,” kata dr Corona Rintawan, wakil ketua kru medis Indonesia. “Mungkin karena faktor cuaca, kondisi shelter, dan debu akibat proses pembongkaran bangunan yang masih berlangsung.”
Meski tunduk pada jadwal resmi, Ina-EMT menerima siapa saja yang berkunjung di luar waktu yang dijadwalkan. Ini memungkinkan Ina-EMT melayani pasien yang datang dari wilayah terpencil, dan semua kru harus tanggap darurat.
Ina-EMT akan mengakhiri tugasnya 27 Februari 2023, dan kru berencana mengalihkan manajemen ke otoritas Turki. “Semua rumah sakit lapangan akan disumbangkan ke Kementerian Kesehatan Turkiye, dan akan terus beroperasi dengan petugas dan dokter Turkiye selama tiga bulan ke depan,” kata Lalu Muhammad Iqbal, Dubes RI untuk Turkiye.
Pihak Turkiye sudah melakukan pendataan, dan akan menambah ambulans dan peralatan medis yang diperlukan.
Ina-EMT di Hassa adalah satu dari sembilan rumah sakit lapangan yang beroperasi di Hatay, lokasi gempa yang mengalami kerusakan parah. Ina-EMT populer di Hatay karena layanan yang ditawarkan dan keramahannya.
Indonesia mengerahkan 250 personel kesehatan, lima penerbangan kemanusiaan dengan 110 ton bantuan kemanusiaan, 50 kontainer pasokan makanan instan, dua dapur umum yang melayani 24 jam.