Crispy

Lucy Letby Si Perawat Pembunuh Tujuh Bayi Divonis Penjara Seumur Hidup

  • Enam dari tujuh korbannya adalah dua triplet, atau bayi kembar tiga.
  • Letby membunuhnya dengan berbagai cara; racun, suntik insulin, cekik, dan memberi susu berlebih.

JERNIH Lucy Letby, perawat pembunuh tujuh bayi baru lahir divonis penjara seumur hidup, hukuman terberat di Inggris, di tengah tangisan ibu korban yang sekian lama menunggu keadilan.

Hakim James Goss mengatakan jumlah pembunuhan dan upaya, serta sifat pembunuhan oleh seorang perawat neonatal yang dipercaya merawat bayi, memberi keadaan luar biasa untuk memaksa hukuman seumur hidup.

“Ada kedengkian yang berbatasan dengan sadisme dalam tindakan Anda,” kata Goss kepada Letby. “Selama persidangan Anda dengan dingin menolak tanggung jawab atas kesalahan Anda. Anda tidak menyesal. Tidak ada faktor meringankan.”

Sebelumnya, setelah 22 hari musyawarah, juri Manchester Court menyatakan Letby (33) bersalah membunuh bayi bayi itu selama setahun.

Korban meninggal di unit neonatal di Countess of Chester Hospital, barat laut Inggris, antara Juni 2015-2016.

Jaksa Nicholas Johnson mengatakan Letby pantas mendapat hukuman seumur hidup untuk perilaku sadis atas kejahataan yang terrencana. PM Inggris Rishi Sunak menyebut kejahatan Letby mengejutkan dan mengerikan.

Berperan Sebagai Tuhan

Letby membunuh tujuh bayi, dan berencana membunuh enam lainnya. Enam dari tujuh bayi yang dibunuh adalah triplet, atau kembar tiga. Satu bagi bayi paling muda, baru berumur satu hari.

Ia berencana membunuh triplet lainnya, tapi keburu ditangkap. Letby membunuh bayi-bayi itu dengan berbagai cara; menyuntikan insulin, memberi susu berlebihan, menyuntik dengan racun, atau menghentikan pernafasan.

Letby adalah perawat yang ditempatkan di unit perawatan bayi yang lahir prematur. Ia seharusnya ekstra hati-hati menangani bayi-bayi itu, tapi yang dilakukan adalah membunuhnya.

Ia ditangkap tiga kali. Terakhir, pada penangkapan tahun 2020, Letby didakwa dan ditahan. Polisi menggeledah rumahnya dan menemukan catatan tulis tangan; “Saya jahat, saya melakukan ini.”

Polisi juga menemukan dokumen rumah sakit berisi catatan bayi-bayi yang lahir. Letby mencoba menjelaskan semua itu dengan mengatakan ia menulis catatan tulis tangan itu setelah kecewa dipindahkan ke tugas administrasi setelah kematian kedua bayi kembar tiga.

Jaksa Johnson mengatakan Letby benar-benar di luar kontrol, yang membuat berperilaku seperti Tuhan.

Pengadilan menghadirkan saksi-saksi, yang antara lain rekan kerja Letby dan dokter. Ketika Letby bertugas malam, bayi-bayi itu pingsan. Beberapa bayi baru lahir diserang ketika orang tua mereka baru saja meninggalkan tempat tidur.

Back to top button