Crispy

Ketika Pejabat VOC di Batavia Dihukum Cekik dan Bakar Karena Sodomi

  • “Pada tanggal ini di tahun 1644, Joost Schouten — pedagang dan diplomat VOC yang cakap — dicekik dan dibakar menjadi abu di hadapan saya di Batavia karena sodomi yang mengerikan.”

JERNIH — Kalimat di atas ditulis Gijsber Heeck, seorang pejabat VOC, dalam memoarnya. Dari memoar Heeck ini pula sejarawan tahu betapa Schouten adalah pria berpengetahuan luas dengan kecerdasan luar biasa.

“Di luar bakatnya yang hebat, Schouten adalah penjahat munafik, penggoda banyak orang, dan diam-diam menggunakan keunggulan dan otoritasnya untuk memaksa orang ke luar dari jalan kesusilaan, menjerumuskannya ke dalam kekotoran memalukan, demi memuaskan nafsi bejat yang jahat,” tulis Heeck.

Siapa Schouten

Lahir di Belanda tahun 1600, Schouten beremigrasi ke Hindia-Belanda tahun 1622. Ia segera dikirim ke Ayutthaya, ibu kota Kerajaan Siam, untuk terlibat dalam manufakttur dan perdagangan. Tak lama kemudian, tahun 1624, pelaut Willem Janssen mengangkatnya sebagai sekretaris untuk kunjungan eksplorasi dan pengintaian perdagangan ke Jepang tahun 1625.

Tahun 1633, Schouten kembali ke Siam dan — menurut situs executedtoday.com — berhasil menjilat Raja Prasat Thong untuk memenangkan konsesi perdagangan yang menguntungkan pribadi dan menempatkannya di kursi eksekutif VOC.

Schouten melakukan survei geografi, masyarakat, politik Siam, dan diterbitkan tahun 1638. Laporan itu diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan menjadi rujukan untuk orang-orang Eropa yang akan memasuki Siam. Meski banyak laporan lain menyusul, laporan Schouten masih sangat penting untuk dibaca siapa pun.

Tahun 1640 Schouten kembali ke Batavia dengan semua popularitas yang dimiliki. Dua tahun kemudian ia melengkapi ekspedisi pelaut Abel Tasman ke Pasifik Barat Daya, mengelilingi Australia, dan menemukan Selandia Baru.

Abel Tasman menabalkan namanya di salah satu pulau yang ditemui, yang kini dikenal sebagai Pulau Tasmania. Ia juga memberi nama pulau kecil di lepas pantai Pulau Tasmania dengan nama Pulau Schouten.

Schouten Dijebak

Penyimpangan seksual Schouten semakin menjadi-jadi sekembalinya dari pelayaran bersama Abel Tasman. Seperti ditulis Heeck, Schouten merayu lelaki ganteng yang diinginkan untuk memenuhi hasrat sekstualnya.

Ia berhasil merayu beberapa, tapi tak sadar saat dijebak seorang pria Prancis pada Juni 1644. Ia ditangkap, dijebloskan ke penjara, dan diinterogasi. Schouten mengakui kejahatannya.

Sejarawan Peter Boomgaard mengatakan ada ketakutan akan murka Tuhan jika yang memerintah di Batavia saat itu tidak mengambil tindakan drastis, yaitu menghukum pelaku sodomi. Masyarakat Belanda saat itu, di satu sisi, sangat relijius dan tidak mentolerir penyimpangan seksual dan pelacuran.

Namun, menurut Boomgaard, VOC justru menggoda murka Tuhan. Mereka yang bertugas di militer menghabiskan bertahun-tahun di lingkungan yang didominasi laki-laki. Kebanyakan di atas kapal, di pos-pos perdagangan yang terlarang bagi perempuan Eropa.

Tidak aneh jika Schouten dengan sukarela mengakui perbuatannya. Dalam catatan pelayaran yang dibuat, dan dibaca banyak pejabat VOC, Schouten menulis; “Para pedeta mereka, juga banyak kaum bangsawan, sangat menyukai sodomi, nafsu yang tidak wajar, tidak dianggap dosa, atau hal yang memalukan di antara mereka.”

Schouten juga mengatakan selalu menjadi mitra pasif saat bersenggama dengan sesama jenis. Sejak melaut kembali ke negara induk tahun 1637, Schouten mengaku telah melakukan hubungan sesama jenis dengan 19 pria berbeda. Tiga di antaranya adalah pelaut, tentara, dan seorang burgher — atau orang bebas dalam strata sosial Batavia. Ketiganya hidup dalam kesedihan.

Hukuman untuk Pasangan Schouten

Pada Juli 1644, Joost Schouten secara resmi menghadapi tuduhan melakukan sodomi dan divonis menjalani hukuman dengan air dan api. Schouten sama sekali tidak melakukan pembelaan.

Rekam jejak yang luar biasa, dan kontribusi hebat bagi kemajuan VOC, membuat pengadilan meringankan hukumannya. Gubernur Jenderal VOC Anthony van Diemen memerintahkan Schouten menjalani hukuman dicekik sebelum dibakar di tiang pancang.

Heeck menulis; “Mereka yang diketahui ambil bagian dalam perbuatan Schouten, entah bersamanya, atau nanti, tercekik di bawah air karena meraka tidak layak untuk terus hidup di antara manusia.”

Wikipedia menulis; “Setidaknya tiga lelaki pasangan Schouten dimasukan ke dalam karung dan ditenggelamkan.”

Back to top button