Media Israel: Serangan ke Iran Itu Hanya Sandiwara Politik PM Benjamin Netanyahu
- Bahasa tubuh Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, membuktikan ia tahu serangan itu hanya sandiwara.
- Yair Lapid, tokoh oposisi Israel, mengatakan Israel seharusnya menuntut harga lebih berat kepada Iran.
JERNIH — Sejumlah media Israel meragukan efektivitas serangan negaranya ke Iran, serta menggambarkannya sebagai tindakan simbolis dan gagal mencapai tujuan strategis.
Roy Kays, koresponden Arab Affairs, mengatakan; “Jika saya berada di posisi Ali Khamenei, saya akan kembali tidur dan menilai situasi serangan terhadap Iran keesokan hari.”
Kan, salah satu media Israel, mengatakan serangan ke Iran itu merupakan pamer kekuatan yang gagal mencapai tujuan strategis apa pun.
Media lain melaporkan serangan terbatas terhadap Iran bermotif politik, dibuat untuk meyakinkan pendukung PM Benjamin Netanyahu bahwa balasan telah dilakukan.
Sebelumnya militer Israel mengatakan serangan terhadap Iran merupakan serangan roket Iran terhadap negeri Yahudi, 1 Oktober lalu.
Rami Yitzhar, tokoh media Israel yang pernah menjadi perwira senior di kepolisian militer Israel, yakin serangan terhadap Iran merupakan taktik politik Netanyahu. Serangan itu kecil dan lemah.
Mengomentari pernyataan berlebihan Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, Yitzhar mengatakan; “Pernyataan itu mengandung unsur pemuliaan diri yang salah. Bahasa tubuh Hagari membuktikan ia memahami bahwa serangan ini hanya sandiwara, dan tujuan serangan itu politis.”
Media Israel lainnya melaporkan mantan kepala divisi Intelejen Mossad Brigadir Jenderal Amnon Sofrin memperingatkan Iran memiliki kemampuan melancarkan operasi yang bisa meluluh-lantakan Israel.
Gili cohen, komentator urusan politik Kan 11 Israel, melaporkan reaksi politik terhadap serangan Iran, dengan mewawancarai pemimpin oposisi Yair Lapid.
Menurut Lapid, serangan Israel tidak memiliki kekuatan dan signifikansi yang memadai. Keputusan untuk tidak menyearng target strategis dan ekonomi adalah salah arah. Iran, menurut Lapid, seharusnya menghadapi konsekuensi jauh lebih keras.
“Israel seharusnya mengenakan harga yang jauh lebih berat kepada Iran,” kata Lapid dalam postingan di X.
Avigdor Liberman, ketua Yisrael Beytenu, mengatakan Israel gagal menuntut harga sebenarnya dari Iran.