10 Miliarder yang tak Pernah Menyesal Putus Sekolah
- Hanya Larry Page yang lulus universitas, tapi drop out saat menempuh pendidikan PhD.
- Larry Ellison dua kali drop out. Michael Dell lari dari kehendak orang tua.
JERNIH — Mereka putus sekolah, alias tak menyelesaikan kuliah, tapi beberapa dari mereka kerap menghubungkan kesuksesan yang diperoleh dengan kunjungan singkat ke institusi pendidikan dan pengetahuan yang mereka dapatkan.
Bagi mereka, lulus dan mendapat gelar bukan prasyarat wajib untuk sukses dalam hidup. Berikut adalah orang-orang drop out dari univesitas yang membangun bisnis raksasa.
Bill Gates (Microsoft)
Mungkin inilah nama yang kali pertama disebut ketika membicarakan miliarder putus sekolah. Bill Gates meninggalkan Harvard setelah dua tahun bersekolah, dan mengejar tujuannya; membangun bisnis.
Gates menjadi jutawan pada usia 26 tahun, ketika rekan-rekan sekelas telah lulus dan sibuk mencari kerja. Kini, kekayaan bersihnya 131 miliar dolar, atau Rp 1.884 triliun, meski dia tidak lagi menjalankan perusahaan.
Ketika berbicara tentang dua tahun di Harvard, Gates menyesali satu hal, yaitu; “Saya berharap bisa lebih ramah.”
Mark Zuckerberg, Dustin Moskovitz (Facebook)
Seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg juga drop out dari Harvard setelah kurang dua tahun belajar. Dustin Moskovitz, rekan sekamar Zuckerberg, juga ketularan drop out dan jadi kaya raya.
Zuckerberg dan Moskovitz adalah miliarder mandiri termuda. Hanya dalam beberapa tahun setelah memulai Facebook, keduanya mengoleksi miliaran dolar.
Kini, kekayaan Mark Zuckerberg ditaksir 90 miliar dolar AS atau Rp 1.294 triliun, dan Moskovitz 20,9 miliar dolar AS atau Rp 300 triliun.
Facebook semula dibuat sebagai situs jejaring untuk mahasiswa Harvard. Mark dan Moskovitz tidak bisa mengingkari betapa sekolah memberinya inspirasi untuk menciptakan sesuatu yang menjadi kaya raya.
Larry Page (Google/Alphabet)
Larry Page nggak bisa disebut drop out. Namun dia ada dalam daftar drop out karena secara teknis dia seharusnya mendapat gelar PhD dari Universitas Michigan jika saja tidak sibuk mendirikan Google, yang membuatnya punya kekayaan 117 miliar dolar AS atau Rp 1.682 triliun.
Larry Ellison (Oracle)
Larry Ellison mengalahkan yang lain dalam soal drop out. Ia dua kali keluar dari universitas. Pertama, keluar dari Universitas Illinois pada tahun kedua karena kematian ibu angkatnya.
Ia kuliah lagi di Universitas Chicago. Kurang dua tahun ia keluar lagi. Namun ia tahu bagaimana menggunakan pengetahuan desain komputer yang diperolehnya di sekolah untuk memulai Oracle dan menghasilkan 101 miliar dolar AS, atau Rp 1.452 triliun.
Amancio Ortega (Inditex /Zara)
Yang ini lebih ekstrem. Putus sekolah saat berusia 14 tahun, tapi tidak menghalangi keinginannya membangun usaha. Amancio Ortega memulai dengan Inditex, yang mengendalikan merk Zara dan lebih dari 7.000 toko di seluruh dunia. Kekayaan bersihnya 70 miliar dolar AS, atau Rp 1.006 triliun.
Michael Dell (Dell Company)
Michael Dell datang ke Universitas Texas dan mendaftar sebagai mahasisra pra-kedokteran atas keinginan orang tuanya. Saat itu ia berusia 19 tahun. Dell segera menyadari masa depannya di teknologi tinggi, bukan menjadi dokter. Ia keluar dari universitas mendirikan Dell Company dan mengumpulkan 49 miliar dolar AS, atau Rp 704 triliun, saat ini.
Jack Dorsey (Twitter)
Jack Dorsey meninggalkan Universitas Sains dan Teknologi Missouri karena alasan sama seperti Zuckerberg, mendedikasikan diri untuk mengembangkan jaringan sosial. Dorsey mendirikan Twitter, yang membuatnya kini memiliki kekayaan 13,7 miliar dolar AS, atau Rp 197 triliun.
Simon Nixon (Moneysupermarket and SimonEscapes)
Alasan Simon Nixon meninggalkan Universitas Nottingham mungkin tidak bisa dibenarkan, tapi itulah yang membuatnya masuk dalam daftar miliarder dengan kekayaan 2,44 miliar dolar AS, atau Rp 35,1 triliun. Universitas, bagi Nixon saat itu, terlalu membosankan.
Ia mencari kesibukan dengan membantu menemukan layanan Moneysupermarket untuk menyediakan informasi hipotek. Ia menggunakan yang dihasilkan untuk mendanai beberapa perusahaan rintisan yang menjanjikan, seperti Airbnb, aplikasi broker investasi ritel Robinhood, serta mendirikan penyewaan rumah mewah yang dijuluki SimonEscapes.
Ben Francis (Gymshark)
Bagi Ben Francis, sekolah itu bukan untuk cari ijazah tapi untuk pintar. Ketika dia yakin pendidikan telah memberinya dasar yang kuat untuk membangun bisnis, ia meninggalkan Universitas Aston.
Ia memulai Gymshark dengan pakaian olahraga buatan tangan yang diproduksi di rumah orang tua. Bisnis itu berkembang dengan cepat dan kini bernilai 1,36 miliar dolar AS, atau Rp 19,5 triliun.