Apa Pesan Metafisis yang Dibawa Hujan Meteor Lyrids 22-23 April Dini Hari?
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/0_JS135177890.jpg)
JAKARTA – Peristiwa astronomi berupa hujan meteor Lyrid di langit Indonesia akan mencapai puncaknya nanti malam hingga dinihari tanggal 22-23 April 2020. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) hujan meteor lyrids biasanya terjadi setiap tahun pada tanggal 16 sampai 25 April.
Bila kondisi cuasa mendukung maka hujan meteor yang berlangsung sekitar 2 jam sebelum fajar akan nampak indah. Pengamat American Meteor Society, Robert Lunsford mengatakan bahwa hujan meteor Lyrids cenderung akan menampilkan warna cerah dan sesekali menampilkan bola api.
Yang bertanggungjawab terjadinya hujan meteor Lyrid adalah komet C / 1861 G1 (Thatcher), yaitu komet yang mengorbit sekitar 415 tahun dan ditemukan oleh A. E. Thatcher. Menurut Jet Propulsion Laboratory, Komet C / 1861 G1 melewati Bumi pada 5 Mei 1861 dan terakhir sampai ke perihelion (pendekatan terdekat ke Matahari) pada 03 Juni 1861.
Meteor berasal dari sisa partikel komet dan asteroid saat benda-benda tersebut mengelilingi matahari. Serpihan yang dipancarkannya secara bertahap menyebar di sekitar orbitnya. Jejak serpihan-serpihan tersebut kemudian bertabrakan dengan atmosfir bumi yang setiap tahun melewatinya
Potongan-potongan batu dan debu yang ditinggalkan oleh komet C / 1861 G1 akan bertabrakan dengan atmosfir bumi dalam kecepatan 43 km/detik yang menghasilkan hujan mateor yang disebut Lyrid. Radiasi hujan meteor terletak di rasi bintang Lyra, dekat rasi bintang Vega yang paling terang.
![](https://jernih.co/wp-content/uploads/Lyrid_meteor_shower_radiant_point.jpeg)
Berdasarkan catatan astronomi Tiongkok kuno disebutkan bahwa 2700 tahun yang lalu pernah terlihat kobaran api bergerak di atas langit dengan kecepatan 107.000 mil/jam dan kemudian meledak sekitar 55 mil di atmosfer bumi.
Benda angkasa yang melintas cepat itu adalah komet Thatcher yang melakukan perjalanan mengelilingi matahari setiap 415 tahun. Perjalanan terakhirnya adalah tahun 1861 dan pertemuan berikutnya di dekat matahari akan terjadi tahun 2276.
Menurut M. Ed. Biot, dalam Gatalogue General des Etoiles Filantes et des Autres Meteores Observes en Chine pendent 24 Siecles (1841) yang mengutip catatan Zuo Zhuan pada tahun 687 SM pernah terjadi hujan mateor pada bulan ke 4 di musim panas tahun xin- mǎo (tahun 7 Raja Zhuang dari Lu). Pada malam hari itu langit begitu cerah sehingga beberapa bintang menjadi tidak terlihat. Pada tengah malam, bintang-bintang berjatuhan seperti hujan.
Menurut Tanya Hill dan Michael Brown dalam The Lyrids meteor shower should put on a show overnight menuliskan bahwa salah satu klan Wergaia di Australia, yaitu suku Boorong yang hidup dekat Danau Tyrrell, telah mmemiliki pengetahuan astronomi yang canggih. Mereka telah mengenal Lyrids yang disimbolkan dalam goresan unggas Mallee (diwakili oleh Vega).
LAPAN pun mengatakan, hujan meteor lyrid bisa terlihat di seluruh wilayah Indonesia apabila cuaca cerah dan tidak ada polusi cahaya. Hujan mateor akan lebih jelas bila dilihat dalam kondisi minim cahaya di sekitar lokasi pengamatan.
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin mengatakan, hujan meteor Lyrid akan tampak di bentang langit arah Timur Laut-Utara. Dan mateor akan meluncur hingga 18 kali per jam. Pemandangan indah menyaksikan hujan mateor juga didukung dengan masuknya bulan baru di hari Rabu. Langit akan gelap karena tidak ada bulan sehingga cahaya dari hujan mateor akan semakin jelas dan indah.