Crispy

40 Tahun Penjara untuk Pastor Pelaku Pelecehan Bocah Tunarungu

Buenos Aires –– Pengadilan Mendoza, Argentina, Senin 25 November 2019 menghukum dua pastor Katolik Roma masing-masing lebih 40 tahun penjara akibat melakukan pelecehan seksual terhadap bocah tunarungu.

Nicola Corradi dan Horacio Corbacho, pastor asal Italia dan warga negara Argentina, terbukti melecehkan anak-anak tunarungu di Institut Antonio Provolo antara 2004 sampai 2016.

Corradi, kini berusia 83 tahun, divonis 42 tahun penjara. Corbacho, berusia 59 tahun, dijatuhi hukuman 45 tahun penjara. Armando Gomez, tukang kebun lembaga itu, juga dinyatakan bersalah dan diganjar 18 tahun penjara.

Korban ketiganya berjumlah 10 orang tunarungu. Seluruhnya tidak lagi berada di lembaga, sejak kasus ini mengemuka.

Menurut tiga hakim, pastor seharusnya bertanggung jawab atas kesejahteraan anak-anak. Terlebih, anak-anak itu di bawah umur dan tunarungu.

Tiga terdakwa menolak membuat pernyataan, sebelum hakim mengambil keputusan. Mereka tampak murah saat tiba di ruang sidang. Corradi duduk di kursi roda, mataknya melulu menatap ke lantai.

Di luar pengadilan, sekelompok anak muda menyambut gembira keputusan hakim. Mereka membentangkan spanduk yang mendukung para korban.

Sejak ditangkap tiga tahun lalu, Corradi dan Corbacho menghuni tahanan preventif. Beberapa staf lembaga itu juga ditahan, ketika kasus ini kali pertama terungkap tahun 2016.

Mereka yang ditangkap termasuk Kosaka Kumiko, biarawati asal Jepang berusia 42 tahun. Kumiko menyerahkan diri ke pihak berwenang, dan didakwa membantu dua pastor itu.

Kasus ini mengejutkan Argentina, karena Corradi sebelumnya menghadapi tutuhan melakukan tindakan di asrama biarawati Institut Antonio Provolo di Verona, Italia. Menariknya, dia tidak pernah didakwa.

Vatikan tahu sepak terjang Corradi sejak 2009, ketika siswa-siswa Provolo secara terbuka mengurakan kisah-kisah pelecehan seksual yang dialaminya. Mereka juga menyebut nama-nama pelaku pelecehan.

Vatikan memerintahkan penyelidikan dan menjatuhkan sanksi kepada empat imam. Corradi tidak tersentuh.

Di Pengadilan Mendoza, tiga terdakwa bersikukuh tidak bersalah. Menurut mereka, cerita para siswa sangat mustahil.

Anne Barrett Doyle, pendiri BishopAccountability.org, mengatakan; “Pengadilan Mendoza memberikan anak-anak korban pelecehan keadilan yang gagal diberikan Gereja Katolik.”

Menurutnya, Horror of Provolo ada dua; penyiksaan anak-anak dan kegagalan gereja mencegahnya. “Kami berharap jaksa penuntut meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap para uskup agung dan pemimpin gereja lainnya, yang tahu atau seharusnya tahu bahwa sekolah itu dijalankan pengaiaya anak,” ujarnya.

Paus Dikritik

Barrett Doyle juga mengkritik Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina. Menurutnya, Paus harus menerima tanggung jawab atas penderitaan anak-anak, karena mengabaikan peringatan berulang-ulang bahwa Corradi ada di Argentina.

Paus Fransiskus belum berkomentar secara terbuka soal kasus ini. Tahun 2017, Paus sempat mengirim dua pastor asal Argentina untuk menyelidiki apa yang terjadi di Mendoza.

Dante Simon, vikaris judisial, mengatakan kepada Associated Press bahwa tuduhan mengerikan itu lebih dari masuk akal. Dia mengatakan Paus menyatakan kesedihan dan sangat khawatir atas situasi ini.

Dalam laporan yang dikirim ke Vatikan Juni 2019 lalu, Simon meminta hukuman kanok maksimum untuk Corradi dan Corbacho, agar mereka mengundurkan diri. Laporan itu seharusnya ditinjau Kongregasi Doktrin Keimanan.

Back to top button