Crispy

60 Tahun Penduduk Himalaya Dihantui Ketakutan Perangkat Nuklir CIA yang Hilang

  • Setelah 1965, CIA hanya dua kali datang mencari perangkat berisi plutonium 238 paling berbahaya itu.
  • Pencarian menyertakan penduduk, dan perangkat itu tak pernah ditemukan.

JERNIH — Suatu hari di tahun 1965, penduduk asli yang bekerja sebagai porter membantu agen CIA membawa sistem mata-mata nuklir mendaki Nanda Devi, puncak tertinggi keua di India yang berbahaya. Rencananya, agen CIA — bekerja sama dengan Badan Intelejen India — berencana memasang perangkat itu di bagian terpencil Himalaya untuk memantau Tiongkok.

Badai salju memaksa semua yang terlibat dalam misi itu untuk kembali turun sebelum mencapai puncak, dan meninggalkan perangkat itu. Ketika tim kembali, perangkat itu hilang. Porter kembali ke rumah masing-masing dengan cerita-cerita sekitar perangkat itu, yang menggegerkan dan menimbulkan ketakutan hebat penduduk terdekat. Ketakutan itu bertahan sampai saat ini.

Perangkat itu berisi sejumlah besar plutonium 238 yang sangat radioaktif, yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari yang digunakan untuk membuat bom yang dijatuhkan di Nagasak tahun 1945.

Narendra Rana, dari desa Lata di dekat puncak Nanda Devi, mengatakan para porter bercerita tentng alat nuklir itu, dan penduduk desa hidup dalam ketakutan ekstrem saat itu.

Dhan Singh Rana, ayah Narendra Rana, adalah salah satu porter yang membawa alat itu selama misi CIA 1965. “Ayah memberi tahu saya bahwa ada bahaya terkubur di saju,” kata Rana. “Selama alat itu terkubur di salju, kita aman. Jika meledak, radioaktif akan mencemari udara, air, dan tidak ada yang amat setelah itu.”

Selama ketegangan Sino-India, New Delhi bekerja sama dengan AS dalam pengawasan uji coba nuklir Tiongkok pertama tahun 1964. Misi Nanda Devi adalah bagian kerja sama ini dan dirahasiakan bertahun-tahun. Misi ini terungkap tahun 1878, ketika kisah yang dituturkan porter diberitakan majalah Outsider.

India gempar. Anggota parlemen menuntut agar lokasi perangkat berbahaya itu diungkap dan menyeru pertanggungjawaban politik. PM Morarji Desai membentuk komite untk menilai apakah material nuklir di Nanda Devi dapat mencemari Sungai Gangga.

Sungai Gangga bukan hanya suci, tapi sumber air tawar terpenting di dunia. Sebanyak 655 juta orang India, Nepak, dan Bangladesh, sangat tergantung pada Sungai Gangga.

Beberapa bulan kemudian, komite — yang terdiri dari ilmuwan terkemuka — menyerahkan laporannnya. Ilmuwan menepis kekhawatiran, dan menetapkan dalam skenario terburuk — yaitu pecahnya perangkat itu — air sungai tidak akan terkontaminasi.

Ketakutan tak Pernah Hilang

Bagi penduduk desa di dekat Nanda Devi, ketakutan akan pecahnya cangkang perangkat itu tidak akan pernah hilang. Menurut mereka, ketakutan akan hilang hanya jika perangkat itu ditemukan. Banyak yang percaya perangkat itu, yang terbawa gletser, terus bergeser ke bawah.

Ayah Rana mengatkan alat itu terasa panas saat dibawa. Ia percaya alat itu mungkin telah meleleh le dalam gletser dan tetap terkubur jauh di dalamnya.

Nanda Devi, dengan ketinggian 7.816 meter, adalah gunung tertinggi kedua di India setelah Kangchenjunga. Gunung terdiri dari massa batu dan es yang megah.

Tahun 2021 gletser di dekat gunung itu jebol, menewaskan lebih 200 orang. Ilmuwan mengatakan bencana itu disebabkan pemanasan global, tapi penduduk desa mengatakan insiden itu disebabkan ledakan nuklir.

“Mereka takut alat itu telah meledak,” kata Rana. “Mereka takut akan radiasi.”

Menurut Rana, sampai saat ini jika terdengar suara apa pun, atau jika ada asap muncul dari langit, orang akan takut akan kebocoran radiasi nuklir dari perangkat CIA yang hilang itu.

Baru-baru ini, sebuah artikel di New York Times tentang peringatan 60 tahun misi CIA itu membangkitkan keresahan penduduk. Menurut Atul Soti, pemerhati lingkungan dari Uttarakhand — 90 kilometer dari Nanda Devi — kekhawatiran itu beralasan. Sebab, setelah 1965, AS baru dua kali datang untuk mencari alat itu.

Penduduk desa menemani orang-orang AS itu saat mencari perangkat itu, tapi mereka harus kembali dengan tangan kosong. Akibatnya, ketakutan akan perangkat itu seolah abadi.

Back to top button