Agama dan Budaya Tak Pantas Dipertentangkan
“Seharusnya kalau kita memahami esensi dari agama, maka antara budaya dan agama tidak pantas untuk dipertentangkan”
MAKASSAR – Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan narasi yang mengkontradiksikan antara agama dan budaya. Hal ini membuktikan radikalisme dan terorisme bukan sekadar aksi, tatkala paham ini telah menginfiltrasi ke seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali di berbagai lini vital kehidupan bangsa.
Imam Besar Masjid Al Markas Al Islami Makassar, Sulawesi Selatan, KH Muammar Bakry, mengatakan agama dan budaya bukanlah sesuatu yang pantas dipertentangkan.
“Seharusnya kalau kita memahami esensi dari agama, maka antara budaya dan agama tidak pantas untuk dipertentangkan,” ujarnya di Makassar, Sabtu (26/2).
Ia menjelaskan, agama Islam menganjurkan dan memerintahkan kepada umat untuk senantiasa menjaga nilai-nilai baik, yang hidup di tengah masyarakat. Dalam hal ini adat istiadat yang tumbuh di tengah masayarakat.
“Apapun budaya dan nilai yang tidak bertentangan dengan nilai agama, maka tidak perlu dipertentangkan,” kata dia.
Baca Juga: Konsep Pentahelix BNPT Diyakini Mampu Cegah Radikal Terorisme
Pola infiltrasi kelompok radikal terorisme kian massif, hingga menyentuh berbagai lini kehidupan, mulai dari pemerintahan hingga lembaga pendidikan.
Hal itu dikarenakan, ideologi radikalisme menyerang pikiran, sel saraf manusia yang menghasilkan pemikiran, bahkan membenarkan aksi-aksi kearah manipulasi agama.
“Infiltrasi tersebut menjadi bagian dari upaya maksimal mereka, jihad,” katanya.
Konsep Pentahelix BNPT, Persempit Ruang Gerak Kelompok Radikal Terorisme
Oleh sebab itu, perlu adanya pelibatan banyak komponen untuk mengahalau laju infiltrasi kelompok radikal. Salah satunya melalui penguatan kebijakan Pentahelix yang dicanangkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Saya kira semua komponen harus terlibat, semua lini dari semua lapisan masyarakat harus terlibat. Kebijakan Pentahelix yang digagas BNPT, dapat mempersempit ruang bagi pemikiran radikal, agar tidak tumbuh subur di tengah masayarakat,” ujar dia.
Penguatan kebijakan Pentahelix juga perlu diperkuat dengan menumbuhkan semangat dan nilai-nilai kepada seluruh jajaran komponen dan stakeholder terkait.
“Pertama, perlu ditanamkan keilmuan yang mumpuni, sehingga pemahaman itu bisa maksimal untuk disampaikan oleh stakeholder kepada masyarakat,” katanya.
Kedua, menumbukan kesadaran bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, sebagai bangsa Indonesia dengan segala keragaman dan kebhinekaan yang dipersatukan atas dasar Pancasila dan UUD 1945 serta kebudayaaan yang khas.
Disamping itu, pentingnya penanaman moderasi beragama demi memperkuat ketahanan bangsa dari ideologi transnasional yang mengancam.
Menurut Muammar, setidaknya ada beberapa yang dapat dilakukan para akademisi dan juga pemuka agama dalam memperkuat kebijakan Pentahelix, di antaranya berdakwah dengan baik, secara formal maupun nonformal.
“Kemudian, menulis artikel di medsos. Karena jangan sampai ruang media sosial ini diisi oleh mereka yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Pihaknya bakal melakukan secara masif penguatan kearifan lokal dalam rangka pencegahan dan penanggulangan terorisme di daerah.
“Kami di FKPT Sulsel terus berupaya melakukan penguatan kearifan lokal dengan terus bersinergi bersama masyarakat dan itu tidak boleh putus,” kata dia.
“Kita harus solid sebagai orang Indonesia yang beragama. Karena apapun agama kita, kita harus saling menghormati dan kembali lagi bahwa kita ini orang Indonesia,” lanjutnya.