AI Sebut Presiden Iran Terpilih Penjahat Kemanusiaan
- Menurut Amnesti International, terpilihnya Ebrahim Raeisi adalah pengingat bahwa impunitas berkuasa di Iran.
- Selama menjadi anggota ‘komisi kematian’, Raeisi diduga menghilangkan paksa banyak pembangkang.
JERNIH — Iran punya presiden baru, namanya Ebrahim Raeisi. Amnesti Internasional merilis sebuah laporan yang menyebut presiden baru Iran dari kubu ultrakonservatif itu terlibat dalam kejahatan kemanusiaan, termasuk pembunuhan, penyiksaan, dan penghilangan paksa.
Tehran Times melaporkan Raeisi meraih 17,8 juta dari 28,6 juta suara yang telah dihitung. Tiga pesaing lainnya; Mohsen Rezaei, Abdolnasser Hemmati, Amir Hossein Qazizadeh Hashemi, meraih masing-masing 3,3 juta, 2,4 juta, dan satu juta suara.
Ketiganya mengeluarkan pernyataan terpisah tapi senada, yaitu memberi selamat kepada Raeisi. Anggota parlemen senior Mostafa Mirsalim, yang mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2017, mengatakan orang-orang memilih sosok yang sangat berani memberntas korupsi.
Amnesti Internasional merespon kemenangan Raeisi dengan celaan terhadap presiden baru Iran itu. “Kenaikan Raeisi adalah pengingat bahwa impunitas berkuasa di Iran,” kata sekretaris jenderal Amnesti Internasional Agnes Callamard.
Sukses Raeisi menjadi presiden Iran akan membuat kejahatan terhadap kemanusiaan; pembunuhan, penghilangan paksa, dan penyiksaan, tidak akan pernah diselidiki.
“Tahun 2018 Amnesti Internasional mendokumentasikan bagaimana Raeisi menjadi anggota ‘komisi kematian’ yang menghilangkan paksa dan eksekusi di luar hukum secara rahasia ribuan pembangkang politik di penjara Evin dan Gohardasht dekat Tehran tahun 1988,” kata Callamard.
“Jenazah korban tidak pernah diketahui. Disembunyikan secara sistematis oleh otoritas Iran, dan ini adalah kejahatan berkelanjutan,” lanjutnya.
Sebagai kepala Kehakiman Iran, Raeisi memimpin tindakan keras terahdap hak asasi manusia, dengan ratusan pembangkang damai, pembela hak asasi mansuia, dan kelompok minoritas, dianiaya dan ditahan sewenang-wenang.
Raeisi tidak terkenal karena kharismanya yang besar, tapi sebagai kepala pengadilan ia mendorong kampanye populer menuntut pejabat korup. Raeisi akan mengambil alih kursi kepresidenan dari Hassan Rouhani yang moderat, Agustus mendatang.