Aliansi Persaudaraan Tiga Etnis Serang Polisi Myanmar, 14 Tewas
- Belum ada konfirmasi serangan dilancarkan Aliansi Persaudaraan.
- Tentara Myanmar membalas serangan dengan menyerbu duad desa di Lashio.
- Sekitar 300 warga dua desa mengungsi.
JERNIH — Sedikitnya 14 polisi Myanmar tewas dan dua hilang dalam serangan terkoordinasi kelompok bersenjata ke pos polisi di Kotapraja Lashio, negara bagian Shan, Sabtu 10 April.
Mengutip saksi mata, The Irrawaddy memberitakan lima anggota keluarga polisi terluka dalam serangan di Desa Naung Mon itu.
Seorang penduduk mengatakan serangan dilakukan Tripartite Brotherhood Alliance (TBA), yang terdiri dari Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), dan Tentara Arakan (AA). Namun belum ada konfirmasi kebenaran kabar ini.
Juru bicara TNLA Mai Aik Kyaw mengatakan belum dapat berkomunikasi dengan pasukan di lapangan, dan tidak dapat memastikan apakah TBA terlibat dalam serangan itu.
Sepekan lalu, TBA memperingatkan junta militer bahwa mereka akan bergabung dengan semua etnis untuk melawan rezim jika pembunuhan brutal terhadap pengunjuk rasa berlanjut.
Militer Myanmar merespon serangan dengan menyerbu Desa Naung Mon dan Naung Kwe, menyebabkan 300 penduduk desa mengungsi. Militer memblokir Lashio, dengan memperketat keamanan di beberapa jalan utama dekat kantor polisi.
Sebelum kudeta, TBA merundingkan perjanjian penghentian pertempuran. TBA mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk mendukung perundingan.
Setelah kudeta militer, TBA memperpanjang gencatan senjata sampai 31 Maret. Militer memperpanjang gencatan senjata sampai 30 April, tapi TBA belum menanggapi pengumuman itu.
Sebelum serangan itu, Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan Serikat Nasional Karen (KNU) menyerang tentara Myanmar di negara bagian Kachin, Shan, dan Wilayah Bago, sebagai tanggapan atas pembunuhan rakyat sipil saat unjuk rasa.
Polisi terlibat dalam kebrutalan pemerintah terhadap pengunjuk rasa. Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) memperkirakan 618 warga sipil terbunuh oleh polisi dan tentara sejak 1 Februari.