
Tidak tanggung-tanggung demi menjadi “raja” langit digital, start up satu ini berniat membeli browser milik Google, Chrome. Nilainya seperenam APBN Indonesia 2025.
JERNIH – Perang revolusi teknologi sedang berlangsung. Perusahaan teknologi baik raksasa maupun start up menjadi pemain dari digitcal technology war era artificial intelligence ini. Adalah Perplexity AI, sebuah bintang baru di konstelasi kecerdasan buatan, melangkah dengan keberanian yang memukau. Perusahaan rintisan ini, yang telah mencuri perhatian dunia dengan mesin pencari berbasis AI-nya, kini mengguncang panggung global dengan langkah provokatif: tawaran fantastis sebesar 34,5 miliar dolar (setara Rp 560 triliun) untuk mengakuisisi peramban legendaris, Google Chrome. Angka ini bukan sekadar nominal, melainkan deklarasi ambisi untuk menggoyahkan hegemoni raksasa teknologi dan merajut ulang tapestri digital masa depan.
Tawaran Berani di Tengah Pusaran Regulasi
Langkah Perplexity bukanlah yang pertama kali mencuri sorotan. Pada Januari 2025, perusahaan ini pernah mengguncang pasar dengan niat untuk membeli operasi TikTok di Amerika Serikat, meski usaha tersebut belum membuahkan hasil. Kini, dengan tawaran untuk Chrome, Perplexity menempatkan dirinya di garis depan persaingan sengit.
Mereka tidak sendiri—OpenAI, Yahoo, dan raksasa ekuitas swasta Apollo Global Management turut memasuki arena, masing-masing dengan visi untuk menguasai peramban yang digunakan oleh lebih dari tiga miliar jiwa di planet ini.

Aksi ini lahir dari tekanan regulasi yang kian memanas di Amerika Serikat. Departemen Kehakiman AS, dalam upaya mengekang monopoli Google di ranah pencarian daring, telah mendorong penjualan Chrome sebagai bagian dari putusan pengadilan tahun lalu yang menyatakan Google bersalah atas monopoli ilegal. Sementara Google berencana mengajukan banding, seorang hakim federal diperkirakan akan mengeluarkan putusan akhir bulan ini, menentukan nasib salah satu aset digital terpenting di era modern.
Misteri Pendanaan dan Janji Investasi
Bagaimana Perplexity, dengan valuasi 18 miliar dolar (sekitar Rp 292,6 triliun berdasarkan pendanaan Juli 2025), berani menawarkan jumlah yang jauh melampaui cadangan kas mereka?
Perusahaan ini hanya mengungkapkan bahwa beberapa dana telah menawarkan pembiayaan penuh untuk kesepakatan ini, meski detailnya tetap diselimuti kabut. Hingga kini, Perplexity telah mengumpulkan 1,5 miliar dolar dari investor untuk mengembangkan chatbot AI dan ekosistemnya, namun jumlah ini masih jauh dari cukup untuk menutup tawaran megah mereka.
Sebagai bagian dari visinya, Perplexity berjanji untuk mempertahankan esensi open-source Chromium, fondasi Chrome, dan menggelontorkan 3 miliar dolar selama dua tahun untuk pengembangan peramban tanpa mengubah mesin pencari bawaan. Ini adalah janji yang dirancang untuk meredakan kekhawatiran tentang persaingan dan mempertahankan kebebasan pilihan pengguna, sekaligus menegaskan komitmen mereka pada inovasi yang inklusif.
Comet: Peramban AI yang Menantang Konvensi
Di samping ambisi akuisisi, Perplexity telah meluncurkan Comet, peramban berbasis AI yang menjadi simbol keberanian mereka. Comet bukan sekadar peramban; ia adalah asisten digital yang hidup, mampu melakukan pencarian real-time, melindungi privasi, dan mengotomatisasi tugas-tugas kompleks—dari merangkum email hingga menyelesaikan transaksi pembelian. Dengan fitur seperti pengaturan tab, perbandingan produk, dan penjadwalan rapat, Comet menawarkan pengalaman yang melampaui batas-batas peramban tradisional.

Awalnya eksklusif untuk pelanggan Perplexity Max (dengan biaya 200 dolar per bulan), Comet kini mulai membuka pintu bagi pengguna terpilih melalui undangan khusus. Kehadirannya adalah langkah strategis untuk menantang dominasi Chrome dan memperluas pengaruh Perplexity di ekosistem digital.
Perplexity tidak hanya bertaruh pada akuisisi; mereka juga merajut jaringan kemitraan strategis untuk memperkuat posisinya. Kolaborasi dengan Samsung menjadikan teknologi AI mereka sebagai asisten bawaan di lini Galaxy S26, mengurangi ketergantungan pada Google dan menawarkan akses gratis ke Perplexity Pro bagi pengguna Galaxy di AS.
Di Indonesia, kemitraan dengan Telkomsel menghadirkan bundling AI pertama, membuka akses ke fitur riset mendalam dan model AI canggih seperti GPT-4 Omni dan Claude 3.5.
Selain itu, Perplexity menjalin kerja sama dengan OpenTable untuk reservasi restoran dan Truth Social untuk meluncurkan Truth Search AI, memperluas jangkauan teknologinya ke berbagai platform. Kemitraan ini mencerminkan visi Perplexity untuk mengintegrasikan AI ke dalam kehidupan sehari-hari, dari komunikasi hingga hiburan.
Model Bisnis: Freemium dengan Ambisi Global
Perplexity mengadopsi model freemium, menawarkan akses gratis untuk fitur dasar dan langganan berbayar seperti Perplexity Pro (20 dolar per bulan) dan Perplexity Max (200 dolar per bulan) untuk fitur premium. Pendapatan mereka mengalir dari langganan, kemitraan strategis, dan potensi akuisisi aset besar. Dengan 1,5 miliar dolar dana investor hingga 2025, Perplexity memiliki amunisi untuk mempercepat ekspansi dan inovasi.

Selain itu, perusahaan ini meluncurkan dana modal ventura sebesar 50 juta dolar untuk mendukung startup AI tahap awal, memperkuat ekosistem teknologi yang selaras dengan visinya. Melalui Perplexity Labs, mereka juga menawarkan solusi untuk pembuatan konten, otomatisasi kode, dan perencanaan bisnis, menarik pelanggan korporat dan pengembang.
Perplexity AI adalah lebih dari sekadar perusahaan teknologi; ia adalah penyair di era digital, menulis bait-bait baru dalam narasi inovasi. Dengan mesin pencari AI yang cerdas, peramban Comet yang revolusioner, dan tawaran megah untuk Chrome, Perplexity menantang raksasa seperti Google dan OpenAI dengan keberanian yang memukau. Di tengah badai regulasi dan persaingan, mereka menawarkan visi dunia di mana teknologi tidak hanya melayani, tetapi juga membebaskan.
Namun, perjalanan ini tidak tanpa rintangan. Kontroversi hukum dengan media besar dan tantangan pendanaan menjadi bayang-bayang di langit cerah ambisi mereka. Meski begitu, dengan valuasi 18 miliar dolar dan semangat untuk mengubah paradigma, Perplexity AI berdiri sebagai mercusuar harapan—sebuah simbol bahwa di era mesin, mimpi manusia masih mampu mengguncang dunia.(*)
BACA JUGA: 10 Miliarder Baru Industri AI






