Crispy

Anak Autis, Intervensi dengan Kegiatan Seni

Jakarta – Tak bisa dipungkiri, hanya sedikit anak autisme dapat hidup mandiri hingga usia dewasa. Memperhatikan kebutuhan seni untuk tumbuh kembang anak autis bisa membantu penggerakan sensorik mereka.

“Meskipun gejala ASD (autism spectrum disorder) dapat ditemui pada masa kanak-kanak, hanya sebagian kecil anak dengan autisme yang dapat hidup mandiri hingga dewasa,” ungkap Nuryanti Yamin, Ortopedagog dan Co-Founder Drisana Center, di Jakarta, Rabu (20/11/2019)

Nuryanti menjelaskan, karena itu, intervensi sejak dini sangat penting dilakukan untuk mendorong perkembangan anak dengan autisme. Mayoritas anak dengan autisme memiliki kesulitan komunikasi dan bahasa tingkat parah, sehingga membutuhkan dukungan dan perawatan seumur hidup.

“Salah satu cara yang terbukti efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial anak dengan autisme adalah melalui kegiatan seni,” tambahnya. Sebagai orangtua, sangat penting untuk memperhatikan kebutuhan seni untuk tumbuh kembang anak autisme.

Manfaat kegiatan seni pada anak dengan autisme antara lain:

1. Dapat digunakan untuk membantu masalah pemrosesan sensorik, seperti taktil (peraba) dan visual (pengelihatan).

2. Meningkatkan keterampilan motorik halus.

3. Sosial emosional seperti regulasi diri, memahami kapan harus bertindak atau tidak, dan kapan menuangkan ide.

4. Ekspresi, anak dengan autisme menuangkan ide atau berekspresi sesuai dengan kesukaannya. Membantu anak dengan autisme menyelesaikan konflik yang tidak dapat diungkapkan secara verbal.

5. Adaptable, mampu diarahkan, meningkatkan kesadaran diri, dan mengurangi stres;

6. Konsentrasi untuk menuntaskan pekerjaan, berpikir secara simbolis.

7. Menawarkan komunikasi visual.

8. Meningkatkan kemampuan untuk mengenali (dan merespons) ekspresi wajah.

Menurut data World Health Organization, dari 160 anak di dunia, setidaknya terdapat 1 anak dengan autisme, atau dalam istilah medis penyintas ASD. ASD adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan penyintasnya dalam berkomunikasi dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Gejala ASD mulai ditemui sejak kanak-kanak, dan berlangsung hingga remaja bahkan dewasa.

Ada beberapa indikator pada anak dengan autisme di antaranya ekspresi wajah datar, tidak menggunakan bahasa tubuh, jarang memulai komunikasi, tidak meniru aksi atau suara, bicara sedikit atau tidak sama sekali, membeo kata, intonasi bicara aneh, tampak tidak mengerti kata, serta mengerti dan menggunakan kata secara terbatas.

Mervi Sumali, Chief Executive Officer SGE Live mengatakan, pihaknya turut mendukung anak dengan autisme untuk terus tumbuh dan berkembang melalui eksplorasi dan kolaborasi seni, salah satunya melalui ‘teamLab Future Park and Animals of Flowers, Symbiotic Lives’.

“Melalui pameran seni digital interaktif ini, para pengunjung, tidak terkecuali anak dengan autisme dapat berimajinasi dan mengekspresikan diri sebebas-bebasnya. Selain mendorong anak dengan autisme untuk terus berkarya dalam seni, SGE Live bersama Dian Sastrowardoyo juga menggalang donasi untuk Sekolah Drisana, melalui penjualan tanda mata edisi khusus karya Dian Sastrowardoyo, serta Prinka Dipa dan Nindhita,” kata Mervi. [Zin]

Back to top button