Crispy

Ananda Sukarlan & Ratnaganadi Paramita Pukau Para Penyair di Pembukaan PPN XIII

Pertemuan Penyair Nusantara merupakan forum tahunan yang lahir dari The 1st International Poets Gathering di Medan tahun 2007. Tahun ini PPN edisi ke-13 diselenggarakan di Jakarta, 11-14 September 2025, dan pembukaannya adalah Kamis, 11 September kemarin bertempat di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Seluruh rangkaian acara ditutup dengan penampilan komponis Ananda Sukarlan yang kini dianggap tokoh terdepan dalam penciptaan tembang puitik di Indonesia, dengan lebih dari 500 tembang puitik lahir dari tangannya.

“Tembang Puitik berbeda dengan musikalisasi puisi. Tembang Puitik itu terjemahan dari artsong, dan tradisinya di Eropa sejak awal 1800-an, dimana seorang komponis menganalisa apa yang ingin digambarkan oleh sang penyair dan kemudian mentransformasikannya ke musik. Jadi yang dianggap “iringan” di piano (atau instrumen lain) itu sama pentingnya, atau kadang lebih penting bahkan, daripada melodi yang dinyanyikan sang vokalis karena esensi puisi itu ada di instrumentalnya” jelas Ananda Sukarlan sebelum kemudian memperkenalkan vokalis Ratnaganadi Paramita. Ratna, panggilan akrabnya, adalah soprano muda berprestasi, pemenang Kompetisi Piano Nusantara Plus 2024 dan Ananda Sukarlan Award 2025, dua-duanya di kategori Tembang Puitik. Untuk ini Ratna berhak mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Australian Institute of Music (AIM) di Sydney mulai 2026. Penampilannya membawakan puisi antara lain dari Kurnia Effendi, Emi Suy dan Galuh Ayara yang membawanya menuju kemenangan ASA 2025 memang mengesankan dan kini legendaris. Tampaknya Ratna memang akhir-akhir ini mengkhususkan interpretasinya terhadap tembang puitik Ananda Sukarlan terutama dari puisi para penyair perempuan.

Ratnaganadi belajar vokal di Amerika Serikat dengan Prof. Phillip Larson, Prof. Tiffany DuMouchelle dan almarhum Maestro Prof. János Négyesy di University of California San Diego.
Kedalaman musikalitas dan pemahaman puitiknya menunjukkan kematangan teknik vokal soprano muda yang juga seorang sarjana neuroscience ini, tentu saja iringan piano sang komponisnya sendiri membawa suasana puisi tersebut menjadi jauh lebih dalam.

Ananda Sukarlan, Ratnaganadi Paramita dan manager Ananda, Chendra Panatan

Di acara pembukaan PPN XIII ini Ratna dan Ananda memukau penonton dengan empat tembang puitik baru dari sang maestro yang masuk daftar 100 tokoh seni Asia paling berpengaruh tahun 2020 “Asian Most Influential (AMI)” dan diumumkan di majalah Tatler Asia dari grup media besar Mobiliari Group ini. Dari empat nomor, tiga di antaranya adalah dari penyair perempuan yaitu “September Tuarang” puisi Rissa Churria, “Pulang ke Pamulang” (Azizah Zubaer) dan “Coto Makassar” ( Shantined ). Satu lagi adalah “Aku Cinta Pada-Mu” dari Doddi Ahmad Fauji yang memang spesial dibawakan, karena karya ini ditulis oleh Ananda sebagai hadiah kepada Ratna atas kemenangannya, baik di KPN+ maupun ASA. Nama Ratnaganadi Paramita pun kini tertulis di atas judul Tembang Puitik tersebut yang bersama beberapa karya lainnya diumumkan oleh Ananda penerbitannya di penampilan mereka.

Kumpulan partitur tersebut akan diterbitkan akhir bulan September ini adalah buku Tembang Puitik Ananda Sukarlan jilid 10. Di buku partitur ini ada puisi-puisi, selain dari 3 penyair yang ditampilkan tadi (Azizah Zubaer, Doddi Ahmad Fauji dan Shantined) juga Tengsoe Tjahjono, Isbedy Stiawan ZS, Martin Dinamikanto, Sihar Ramses Simatupang, Ence Sumirat, Fanny Jonathans Poyk, Darmawan Sepriyossa, Juniarso Ridwan, Pulo Lasman Simanjuntak, Setiyo Bardono, Yoevita Soekotjo serta Tan Lioe Ie. Dua puisi bahasa Inggris pun terdokumentasi di buku ini, yaitu dari Judith Wright (Australia) dan Rabindranath Tagore (India).

“Saya masih ingin menemukan puisi-puisi dari penyair yang belum saya kenal sebelumnya, sehingga saya senang banget dengan acara Pertemuan Penyair Nusantara ini untuk berkenalan dengan para penyair baru”, kata Ananda yang mengenakan baju tenun warna biru dari desainer Rosdhani saat tampil.

“Saya juga mengharapkan banyak vokalis klasik yang mengikuti Kompetisi Piano Nusantara Plus beberapa bulan kedepan, dan bahkan bisa menjuarainya seperti Ratnaganadi tahun lalu. Sebagai juara KPN+, dia dapat Golden Ticket ke Ananda Sukarlan Award, dan bisa memenangkan beasiswa ke Perancis dan Australia. Ini penting untuk musikus kita bukan hanya untuk menimba ilmu, tapi juga memperkenalkan sastra Indonesia ke negara lain melalui musik, karena tembang puitik itu mengambil esensi dan kedalaman dari puisinya, bukan kata per kata yang sering lost in translation ke bahasa lain. Ini akan menjadi alat diplomasi yang sangat efektif”, lanjutnya.

Sebagai catatan, KPN+ terbuka untuk semua kategori instrumen dan vokal klasik (tembang puitik) di 11 kota, dan untuk Oktober – Desember akan berjalan di Palembang, Pontianak, Jogjakarta, Surabaya, Bandar Lampung dan Jakarta.

Back to top button