Antropolog : Ritual Kendi Itu Mengada-ada
Tentu saja, sebagai ahli sejarah dan kebudayaan, Nasrullah menilai ritual kendi itu asing dan menyarankan sebaiknya Presiden memilih ritual Dayak atau Melayu. Sebab ada kekhawatiran di dirinya jika Kendi Nusantara malah jadi momentum penyeragaman kebudayaan melalui ritual yang diada-adakan dalam prosesi kenegaraan.
JERNIH-Setelah kedatangannya tak menarik perhatian warga setempat sama sekali yang menganggap tanahnya dirampas demi mewujudkan mimpi Presiden Jokowi memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kini giliran antropolog dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Kalimantan Selatan, yang menilai ritual Kendi Nusantara mengada-ada.
Nasrullah, sang antropolog menyayangkan sikap Presiden yang memilih ritual di luar kebudayaan suku di Kalimantan. Dia mempertanyakan, dari mana ritual itu dilakukan.
“Entah dari mana ritual seperti itu dilakukan. Padahal jika kita bicara ritual, akan sangat terikat dengan masyarakat tempatan,” ujar Nasrullah dalam keterangannya, Selasa (15/3).
Tentu saja, sebagai ahli sejarah dan kebudayaan, Nasrullah menilai ritual kendi itu asing dan menyarankan sebaiknya Presiden memilih ritual Dayak atau Melayu. Sebab ada kekhawatiran di dirinya jika Kendi Nusantara malah jadi momentum penyeragaman kebudayaan melalui ritual yang diada-adakan dalam prosesi kenegaraan.
Nasrullah khawatir baik dari desain IKN sampai ritual kendi tersebut, nantinya tak punya hubungan dengan akar budaya setempat.
“Saya khawatir dimulai dari bentuk desain IKN hingga ritual ini, jika nantinya tidak memiliki akar dengan kebudayaan setempat, maka IKN baik dari bangunan dan sistem pemerintahannya seolah-olah benda asing yang berdiri di tanah Kalimantan,” kata Nasrullah.
Heru Budi Hartono yang mejabat sebagai Kepala Sekertariat Presiden bilang, Kendi Nusantara murni ide dari Presiden dengan mencampurkan tanah dan air dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.
“Idenya dari beliau (Jokowi), menandakan tanah dan air. Jadi tanah airku kan kaya lagu Indonesia Raya,” ujar Heru pada Senin (14/3) lalu.
Tanah dan air yang sudah dicampur itu, dituai ke lahan IKN dan selanjutnya ditanami bibit pohon dari masing-masing wilayah di Indonesia.
“Ini merupakan bentuk dari kebhinnekaan kita dan persatuan yang kuat di antara kita, dalam rangka membangun Ibu Kota Nusantara ini,” ujar Jokowi.