Crispy

Apa Itu CT Value dalam Pemeriksaan COVID-19?

Angka dalam CT Value itu menunjukkan banyaknya jumlah siklus yang dilakukan dalam mencari materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien.

JERNIH—Saat Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengumumkan dirinya positif corona, ia menyebut hasil pemeriksaannya menunjukkan ‘CT Value 25’. “Dari hasil tes PCR tadi malam, pagi ini mendapatkan hasil positif COVID-19 dengan CT Value 25,” kata Doni.

Apa arti dalam angka CT Value? Menurut pakar biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, angka dalam CT Value itu menunjukkan banyaknya jumlah siklus yang dilakukan dalam mencari materi genetik virus dari sampel lendir atau hasil swab pasien.

Ia menjelaskan, dalam tes swab PCR (Polymerase Chain Reaction), kandungan virus dalam sampel lendir pasien akan dicari dengan cara menggandakan materi genetik virus tersebut. Contohnya, dalam pencarian siklus yang pertama, materi genetik virus dalam sampel lendir tersebut masih belum terlihat, maka harus diperbesar atau digandakan sampai bisa ketemu atau terlihat.

“Bagaimana kita bisa menganalisanya? Berarti kita harus punya materi genetik yang banyak, karena kalau materi genetiknya cuma sedikit, kita nggak bisa membedakan juga karena jumlahnya kurang untuk dianalisa,” kata Ahmad.

“Supaya jadi banyak harus kita gandakan dulu. Dalam penggandaan itu kan ada pengulangan-pengulangan, misalnya, penggandaan dari 1 menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8, dan seterusnya. Jumlah pengulangan itu namanya siklus,” tambahnya.

Ahmad juga menjelaskan, rata-rata maksimal siklus yang digunakan tes PCR dalam mencari materi genetik virus adalah 40 kali. “Jadi rata-rata maksimum yang digunakan dalam PCR itu 40 siklus, karena kita tahu kalau penggandaan 40 kali masih tidak terdeteksi materi genetik, itu bisa dikatakan secara praktis nggak ada materi genetik di situ,”kata dia.

Menurut Ahmad, angka hasil CT Valueitu berbanding terbalik dengan jumlah materi genetik virus. Semakin besar angka hasil CT Value, maka semakin sedikit jumlah materi genetik virus pada pasien tersebut.

“Justru semakin tinggi CT Value, itu berarti materi genetiknya lebih sedikit, karena kan jumlah siklus. Semakin banyak siklus yang diperlukan, berarti materinya lebih sedikit, malah bisa jadi nggak ada kalau sampai 40 nggak ketemu juga,”kata dia.

Seberapa penting CT Value dalam pemeriksaan COVID-19? Diagnosis COVID-19 saat ini dapat menggunakan reverse-transcriptase polymerase chain reaction (realtime RT-PCR) yang diuji di laboratorium. Hasil tes biasanya menunjukkan positif atau negatif menggunakan tes kualitatif, sedangkan yang lainnya menyertakan tes kuantitatif berupa angka yang disebut cycle threshold value atau CT Value.

CT Value atau ambang batas siklus merupakan titik di mana reaksi mencapai intensitas fluoresens di atas tingkat latar belakang. CT Value menunjukkan kapan target asam nukleat terdeteksi dalam proses amplifikasi.

Beberapa jurnal menyebut bahwa CT Value berbanding terbalik dengan kemampuan virus untuk menular pada orang lain. Peneliti menemukan bahwa virus pada sampel yang memiliki CT Value lebih dari 34, tidak menyebabkan infeksi.

Kondisi tersebut membuat beberapa dokter menggunakan CT Value agar menentukan kemungkinan penularan penyakit lebih lanjut, dan menentukan apakah seseorang perlu melakukan isolasi mandiri atau tidak. Namun, pada jurnal lain ditemukan perolehan CT Value yang berbeda untuk kondisi yang tidak menyebabkan infeksi atau penularan.

CT Value yang didapatkan bergantung pada beberapa hal, meliputi metode pengambilan sampel, jumlah materi genetik yang terkandung dalam sampel, metode ekstraksi yang dipakai, dan kit PCR yang digunakan. Maka dari itu, diperlukan kehati-hatian dan pertimbangan yang tepat dalam menggunakan CT Value sebagai dasar penanganan pasien. [Deutsche Welle]

Back to top button