Crispy

AS Berhenti Kirim Senjata ke Ukraina, Nasib Zelensky di Ujung Tanduk

  • Bantuan senjata terakhir, bernilai 250 juta dolar AS, dikeluarkan tanpa persetujuan Kongres.
  • Joe Biden ingin terus bantu Ukraina, tapi Partai Republik mempertanyakan strategi Washington.

JERNIH AS menghentikan bantuan militer ke Ukraina, setelah meningkatnya perdebatan di Kongres tentang pentingnya melanjutkan dukungan ke Kiev untuk melawan Rusia.

“Kami telah mengeluarkan paket penarikan terakhir yang kami punya untuk mendukung Ukraina,” kata John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih. “Itulah mengapa penting bagi Kongres untuk menindaklanjuti permintaan tambahan keamanan ansional.”

Paket bantuan terakhir untuk Ukraina, bernilai 250 juta dolar AS atau Rp 3,8 triliun, disahkan Presiden Joe Biden akhir Desember 2023 melalui Presidential Drawdown Authority yang memungkinkan pengiriman senjata mendesak ke sekutu tanpa persetujuan Kongres.

Biden meminta Kongres menyetujui permintaan anggaran tambahan berjumlah 100 miliar dolar AS, atau Rp 1.555 triliun, dengan lebih 60 miliar dolar AS atau Rp 933 triliun direncanakan untuk Ukraina.

Partai Republik memblokir langkah ini. Anggota Kongres dari Partai Demokrat lebih suka menyetujui rencana memperketat keamanan di perbatasan Meksiko.

Shalanda Young, direktur Kantor Manajemen dan Anggaran, mengatakan otoritas penarikan tidak akan mengirim sejumlah besar peralatan ke Ukraina. Ia menggambarkan situasi ini sangat mengerikan.

Sebelumnya, juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder memperingatakan tentara kehabisan pilihan untuk mengisi kembali persediaan.

Sebelumnya, Joe Biden berjanji mendukung Kiev selama diperlukan. Anggota Partai Republik dan media mempertanyakan strategi Washington, mengingat serangan balasan Ukraina berakir dengan kegagalan.

Valery Zaluzhny, jenderal tertinggi Ukraina, mengakui perang dengan Rusia mengalami jalan buntu. Pejabat Uni Eropa juga mengakui pengiriman senjata ke Ukraina tertunda akibat masalah produksi dan logistik.

“Eropa tidak tahu cara berperang,” kata Menlu Ukraina Dmitry Kuleba dalam wawancara baru-baru ini.

Kuleba benar. Sejak Perang Dunia II berakhir, Eropa tidak pernah lagi berperang sesama mereka, dan lebih suka berperang di luar Eropa.

Back to top button