Crispy

Bisnis Genosida di Gaza: AS Diam-diam Kirim Bom dan Pesawat ke Israel untuk Pembantaian Rafah

  • Senjata yang dikirim AS berupa 1.800 bom MK84 seberat 2.000 pon dan 500 bom MK82 seberat 500 pon.
  • MK84 penghancur bunker digunakan saat menyerang kamp Jabalia, dan terbukti efektif untuk pembantaian.

JERNIH — Surat kabar The Washington Post melaporkan AS diam-diam mengirim bom dan pesawat berniliar miliaran dolar ke Israel, meski terjadi perselisihan soal kemungkinan serangan darat Israel ke Rafah — zoma aman terakhir di perbatasan Mesir bagi warga Gaza.

AS menyuarakan kekhawatiran akan terjadinya pembantaian warga Gaza jika serangan terjadi. Israel memperlihatkan tekad menyerang Rafah dan membantai sebanyak mungkin warga Palestina yang berdesakan di area sempit itu.

Pejabat Pentagon tak mau disebut nama mengatakan senjata yang dikirim AS berupa 1.800 bom MK84 seberat 2.000 pon dan 500 bom MK82 seberat 500 pon. Departemen Luar Negeri AS dikabarkan mengizinkan transfer 25 pesawat dan mesin F-35A bernilai 2,5 miliar dolar AS.

Transfer itu disetujui Kongres beberapa tahun lalu sebagai bangian bantuan militer tahunan senilai tiga miliar dolar AS kepada sekutu lama. Jadi tidak membutuhkan pemberitahuan baru.

Penggunaan bom yang dipasok AS menambah lonjakan angka kematian di Gaza, yang kini mencapai 32 ribu jiwa. Israel diduga menggunakan MK84 penghancur bunker dalam serangan ke kamp pengungsi Jabalia di Gaza an sekitar kamp Al-Shati.

Pemboman di Jabalia diyakini memakan korban lebih 100 orang, yang disebut PBB sebagai serangan tidak proporsional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang. AS membela Israel lewat pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller; “Kami belum menemukan adanya pelanggaran.”

Kini, AS dan Israel benar-benar retak. Washington tidak memveto resolusi yang mendesak gencatan senjata segera disahkan Dewan Keamanan PBB. Israel merespon sikap AS dengan membatalkan kunjungan delegasi tingkat tinggi ke AS.

Delegasi Israel itu sedianya membahas rencana operasi militer Israel ke Rafah, wilayah yang kini dihuni 1,4 juta jiwa. PBB memperingatakan serangan darat ke Rafah akan menjadi pembantaian paling keji dalam sejarah umat manusia.

Back to top button