Crispy

Caoimhín Kelleher, Jadi Bayangan di Anfield, Jadi Jagoan di Lisbon

Jika ada kiper yang bertanding di ajang jelang Piala DUnia FIFA 2026 nan bersinar di awal Oktober, dia lah Kelleher. Kesuksesan menahan tendangan penalty Ronaldo mem-viral.

JERNIH –  Ada sesuatu yang tenang tapi meyakinkan dari cara Caoimhín Kelleher berdiri di bawah mistar. Tidak ada ekspresi berlebihan, tidak ada teriakan dramatis — hanya ketenangan, ketepatan, dan keberanian menghadapi momen-momen yang membuat penonton menahan napas.

Bagi Republik Irlandia, Kelleher adalah simbol harapan baru dalam generasi sepak bola yang sedang membangun ulang jati dirinya. Beberapa striker dunia pernah jadi “korban” ketenangan Kelleher, sebut saja Fernandes, Ronaldo, hingga Mbappe yang terpaksa gigit jari.

Lahir di Cork pada 23 November 1998, Kelleher memulai kariernya bersama Ringmahon Rangers, klub kecil di pesisir selatan Irlandia. Ia bukan bocah ajaib yang langsung disorot media. Tapi bakat dan kedewasaannya menarik perhatian pemandu bakat Liverpool, yang membawanya ke akademi The Reds pada 2015.

Di sana, di tengah para pemain muda yang bermimpi menembus tim utama, Kelleher justru dikenal karena keheningannya. “Dia jarang bicara, tapi selalu tepat saat bertindak,” ujar mantan pelatih akademi Liverpool, Neil Critchley. Ia bukan bintang mencolok, melainkan fondasi yang kokoh dan konsisten.

Menjadi pelapis Alisson Becker di Liverpool adalah ujian sabar tertinggi. Bertahun-tahun Kelleher duduk di bangku cadangan, menunggu momen yang mungkin tak datang. Tapi ketika diberi kesempatan, ia selalu menjawab dengan performa kelas atas. Dan tetaplah Becker nomor satu, sedang Kelleher cuma bayangan.

Momen puncaknya datang di final Carabao Cup 2022 melawan Chelsea — pertandingan yang berakhir dengan adu penalti. Dalam drama 22 tendangan, Kelleher bukan hanya menjaga gawang dengan ketenangan luar biasa, tapi juga menendang penalti kemenangan yang membuat Liverpool juara. Jurgen Klopp kemudian menyebutnya, “The best No. 2 goalkeeper in the world.”

Namun, di balik pujian itu, ada kenyataan yang tak bisa dihindari: seorang penjaga gawang sejati ingin bermain. Musim panas 2025, Kelleher mengambil keputusan besar — pindah ke Brentford dengan nilai transfer sekitar 18 juta pounds (20 juta euro). Bagi banyak pemain, itu langkah turun. Bagi Kelleher, itu langkah menuju panggung utama.

Kelleher jauh dari kesan penjaga gawang tradisional. Ia justru mewakili generasi baru: tenang dengan bola di kaki, berani membangun serangan dari belakang, dan memiliki refleks luar biasa di bawah tekanan. Dalam era di mana kiper diminta menjadi “gelandang pertama”, ia menjawab tuntutan itu dengan elegan.

Namun kehebatannya tak hanya teknis. Di lapangan, Kelleher adalah jangkar mental bagi tim. Ia jarang bersorak, tapi setiap penyelamatannya seperti memberi energi bagi rekan-rekannya. Inilah kualitas yang menjadikannya figur sentral di tim nasional Republik Irlandia.

Puncak ketenangan Kelleher mungkin datang pada 11 Oktober 2025, di Estádio José Alvalade, Lisbon. Republik Irlandia menghadapi Portugal dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 — pertandingan yang di atas kertas tidak seimbang. Tapi Kelleher mengubah narasinya.

Selama lebih dari 70 menit, ia menahan badai serangan Portugal yang diperkuat Cristiano Ronaldo, Bernardo Silva, dan João Félix. Di menit ke-75, insiden datang: Dara O’Shea dianggap melanggar di kotak penalti. Wasit menunjuk titik putih. Ronaldo mengambil ancang-ancang. Stadion bergemuruh.

Namun Kelleher, dengan ketenangan es di nadinya, membaca arah bola. Ronaldo mencoba menembak ke tengah, berharap sang kiper bergerak. Tapi Kelleher bertahan di posisinya, dan dengan kaki belakang (trailing leg) berhasil menepis bola keluar.

Seketika stadion terdiam. Di Cork, di Dublin, dan di seluruh Irlandia, suporter berteriak lega dan bangga: anak muda mereka baru saja menahan penalti pemain terbaik dunia.

Sayangnya, cerita indah itu berakhir pahit. Di masa tambahan waktu, umpan silang Trincão disundul Rúben Neves untuk membawa Portugal menang 1-0. Tapi bagi banyak orang, hasil bukan segalanya malam itu. Irlandia mungkin kalah di papan skor, tapi mereka menang dalam kepercayaan diri. Dan Kelleher adalah alasan utamanya.

Pasca pertandingan, media seperti Sky Sports dan ESPN menulis bahwa Kelleher “menampilkan performa kiper kelas dunia”, sementara The Irish Times menulis: “If this is the future of Irish goalkeeping, the green jersey is in safe hands.”

Selain laga kontra Portugal, Kelleher juga mencatat performa solid di beberapa pertandingan Nations League dan uji coba internasional lainnya. Dalam laga melawan Finlandia, ia kembali menunjukkan refleks cepat dengan menepis tendangan jarak dekat — memperkuat reputasinya sebagai kiper yang unggul di duel satu lawan satu.

Meskipun Irlandia masih berjuang untuk menembus turnamen besar, performa Kelleher memberi fondasi kuat bagi tim muda asuhan Stephen Kenny. Dengan kombinasi refleks, distribusi akurat, dan komunikasi yang tenang, ia kini menjadi figur yang menenteramkan di ruang ganti maupun di lapangan.

Dengan nilai pasar sekitar €20 juta per 2025, Kelleher menjadi salah satu kiper termahal yang pernah dimiliki Irlandia. Ia juga menjadi incaran klub-klub Premier League seperti Nottingham Forest dan Brighton sebelum akhirnya memilih Brentford.

Berbeda dari banyak bintang muda, Kelleher nyaris tanpa noda di luar lapangan. Tidak ada drama media sosial, tidak ada komentar panas. “Kontroversinya” hanya satu — perdebatan bertahun-tahun tentang kapan ia seharusnya meninggalkan Liverpool. Kini, setelah keputusan itu diambil, ia menghadapi tekanan baru: membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi nomor satu.

Namun dari caranya menghadapi Ronaldo di Lisbon, kita tahu: tekanan bukan musuhnya. Tekanan adalah tempatnya bersinar.(*)

BACA JUGA: Bloomberg: Cristiano Ronaldo Miliarder Pertama Dunia Sepak Bola

Back to top button