Cerita Mantan Dubes RI Untuk Ukraina Yang Rajin Protes Invasi Rusia
Salah satu yang bikin Yuddy kagum adalah ketaatan bangsa Ukraina yang mayoritas menganut Kristen Ortodoks, terhadap agamanya. Mereka, selama ini juga hidup berdampingan dengan dua juta warga Muslim yang diberdayakan dengan subsidi dari pemerintah untuk membangun Masjid dan mengembangkan kegiatan keagamaan.
JERNIH-Sejak Rusia melancarkan invasi militer ke Ukraina pada 24 Februari sampai hari ini, tercatat sudah 1.761 warga sipil menjadi korban. 636 di antaranya tewas dan 1.125 lainnya luka ringan dan berat. Menurut data yang disuguhkan Office of the United Nations High Comissioner for Human Rights (OHCHR), selain jumlah tadi, sebanyak 63 anak-anak juga jadi korban keganasan bom serta peluru yang dimuntahkan tentara Presiden Putin.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Dr. Vasyl Hamianin bilang, jatuhnya korban tak henti di pihak sipil lantaran pasukan Rusia terus membombardir sekola, rumah sakit dan pemukiman warga. Dia bilang, agresi militer ini sudah menjadi penjajahan sebab tak cuma menyerang militer negaranya.
“Saya berharap masyarakat Indonesia terus mendukung perjuangan kami di Ukraina agar dapat menghentikan penjajahan yang dilakukan oleh Rusia dan berdoa untuk seluruh korban yang telah gugur di medan perjuangan,” kata Vasyl dalam keterangan resminya pada Rabu (16/3).
Di lain pihak, mantan Dubes RI untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi mengaku sangat kecewa dengan sikap Rusia yang tak juga berhenti memuntahkan peluru dan bomnya di kawasan Ukraina. Soalnya menurut pengalaman dan pengetahuannya selama bertugas sebagai Duta Besar di sana, ada kesamaan antara warga setempat dengan masyarakat Indonesia.
Kesamaan tersebut yakni, keramahan dan begitu tolerannya masyarakat Ukraina layaknya warga Indonesia. Terlebih, Indonesia yang tak pernah memerangi bangsa lain sebelum diinvasi sedang menikmati hidup dengan damai.
“Berbeda dengan masyarakat lainnya, masyarakat Ukraina sangat mirip karakternya dengan masyarakat Indonesia. Mereka memiliki keramahan dan toleransi tinggi dalam hidup berdampingan antar agama dan ras,” kata Yuddy.
Dia menyampaikan pandangan berdasar pengalamannya itu dalam diskusi virtual bertajuk ‘Konflik Rusia-Ukraina : Pengaruhnya di Kawasan Asia’ yang diselenggarakan Departemen Kewilayahan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).
Sebagai mantan Dubes Indonesia untuk Ukraina, Yuddy memang aktif menyuarakan agar Rusia segera menghentikan invasinya atas Ukraina. Sebab selama 4,5 tahun bertugas di sana, dia bilang sudah ada ikatan emosional yang kuat antara dirinya dengan negeri itu.
Salah satu yang bikin Yuddy kagum adalah ketaatan bangsa Ukraina yang mayoritas menganut Kristen Ortodoks, terhadap agamanya. Mereka, selama ini juga hidup berdampingan dengan dua juta warga Muslim yang diberdayakan dengan subsidi dari pemerintah untuk membangun Masjid dan mengembangkan kegiatan keagamaan.
“Selama tinggal di Ukraina selama ini saya belum pernah menemukan tindakan rasisme dari warga setempat, saya justru kagum dengan keberpihakan pemerintah Ukraina yang menyubsidi umat Islam di Ukraina untuk membangun masjid dan kegiatan agama lainnya, umat Islam di Ukraina memiliki dua mufti besar yang menjadi imam masjid-masjid di Ukraina,” kata Yuddy mengisahkan.
Sejak zaman Kekaisaran sampai detik ini, Yuddy bilang Ukraina tak pernah sekali pun memusuhi bangsa lain apalagi menggelar operasi militer dalam rangka invasi. Tapi kalau diserang negara lain, sering. Dan paling baru, ya invasi Rusia ini.
“Ukraina adalah negara yang selalu ingin lepas dari belenggu penjajahan sejak zaman kekaisaran, mereka bersahabat dengan negeri manapun, tidak pernah menyerang negara lain, malah sering diserang oleh bangsa lain”, kata Yuddy.[]