Dalam Sengkarut Teknologi 5G Lawan Cina, India Didukung Penuh Jepang
Pemerintah India juga telah menelusuri hubungan antara perusahaan Cina yang bekerja di India dan Tentara Pembebasan Rakyat Cina. The Eurasian Times menulis, raksasa teknologi Huawei termasuk di antara mereka yang “memberikan bantuan dan bekerja sama dalam pekerjaan intelijen nasional Cina”.
JERNIH—Di tengah banyak konflik dengan Cina—sengkarut perbatasan dan konflik teknologi 5G–India dan Jepang sepakat menjalin kerja sama di bidang telekomunikasi dan infrastruktur digital. Kerja sama itu juga dimaksudkan untuk melawan Beijing, sebagaimana dikatakan pejabat Jepang kepada Nikkei Asia.
Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang Ryota Takeda dan Menteri IT dan Telekomunikasi India Ravi Shankar Prasad, menyatakan akan menandatangani perjanjian komprehensif tentang informasi dan komunikasi, yang melibatkan proyek bernilai ratusan juta dolar AS, dalam sebuah pertemuan virtual.
Para pejabat mengatakan, kedua pemerintah akan mendukung pengenalan jaringan nirkabel 5G, dan India akan menerima kabel serat optik bawah laut dan teknologi lain dari perusahaan Jepang. Menurut situs berita, Jepang akan menerima kerja sama dari India dalam membina para profesional yang fasih dalam teknologi digital.
Peningkatan kerja sama antara India dan Jepang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Cina. Sejak pertempuran sengit antara pasukan India dan Cina di Ladakh Timur pada 15 Juni, New Delhi telah melarang ratusan aplikasi seluler Cina dengan alasan masalah keamanan. The Eurasian Times menulis, rencana 5G Huawei juga mengalami kemunduran.
Awal tahun ini, Kementerian Informasi dan Teknologi India telah memberikan izin untuk membagikan spektrum 5G sebagai percobaan, tetapi setelah hubungan India memburuk dengan Cina karena kebuntuan perbatasan, membuat kerja sama itu buntu. Belakangan, India bahkan menendenag keluar puluhan aplikasi teknologi asal Cina.
Uji coba akan ditunda lebih lanjut karena Kementerian Dalam Negeri India belum mengeluarkan izin keamanan untuk hal yang sama, tulis The Economic Times.
Kesepakatan mendatang antara India dan Jepang akan mencakup penggunaan teknologi 5G serta pengembangan dan standardisasi internasional teknologi 6G, yang rencananya akan mulai digunakan secara praktis pada 2030-an.
Menurut laporan media, Rakuten, salah satu perusahaan perdagangan elektronik dan ritel online Jepang, berencana mengekspor jaringan seluler berbasis cloud yang akan mengurangi biaya pemasangan dan pengoperasian. Perusahaan telah membuka laboratorium di kota Bengaluru di India selatan untuk menjual teknologi tersebut ke operator lokal.
Tokyo telah melarang penggunaan peralatan Huawei dalam meluncurkan teknologi 5G pada Desember 2018. Rakuten, NTT Docomo, KDDI Corp, dan Softbank Corp telah meluncurkan layanan seluler internet 5G.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, pesanan India untuk memasang kabel serat optik bawah laut akan mendukung perusahaan Jepang. India memasang kabel bawah laut untuk menghubungkan daratan India dengan pulau-pulau Lakshadweep, yang terletak di barat daya anak benua itu.
Laporan menunjukkan, NEC Corporation, perusahaan IT dan elektronik multinasional Jepang, akan menyelesaikan pembangunan kabel bawah laut untuk Kepulauan Andaman dan Nicobar, dan akan mencari dukungan kedua pemerintah untuk mengamankan tatanan baru tersebut.
Pada Oktober, setelah pertemuan para menteri luar negeri kedua negara di Tokyo, kedua belah pihak memperkuat rencana yang akan mempromosikan kerja sama dalam teknologi 5G, internet of things (IoT), Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan, dan bidang-bidang utama dunia maya, tulis The Eurasian Times.
Untuk melawan Cina, Jepang telah setuju untuk menjadi mitra utama dalam pilar konektivitas Indo-Pacific Oceans Initiative (IPOI), kerangka kerja yang didukung India yang bertujuan untuk melakukan upaya yang berarti untuk menciptakan domain maritim yang aman dan terjamin di wilayah Indo-Pasifik.
India juga sedang mencari kerja sama 5G dengan AS. Pada Oktober, Greg Kalbaugh, wakil menteri luar negeri untuk kebijakan di Administrasi Perdagangan Internasional AS, sebelumnya mengatakan bahwa dia melihat peluang luar biasa untuk meningkatkan kolaborasi antara perusahaan Amerika dan India seiring kemajuan dunia menuju 5G.
Pada Juli, ketua Reliance Industries Ltd Mukesh Ambani telah mengklaim bahwa mereka telah mengembangkan solusi jaringan nirkabel generasi kelima dari awal.
“Teknologinya ‘100 persen lokal’, akan siap untuk uji coba segera setelah izin tersedia dan dapat digunakan tahun depan,”kata Ambani. Dia menambahkan bahwa jurusan telekomunikasi akan segera siap untuk mengekspor solusi 5G. Dengan perusahaan yang berbasis di AS berinvestasi di Reliance, kerja sama pada teknologi 5G kemungkinan akan meningkat.
Penggunaan teknologi 5G Cina telah menimbulkan kekhawatiran spionase di antara negara-negara tersebut. Laporan tahunan Menteri Pertahanan AS untuk Kongres berjudul, “Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat China 2019″, menyatakan bahwa Pasal 7 undang-undang Cina melindungi individu dan organisasi yang mendukung, membantu, dan bekerja sama dengan pekerjaan intelijen, yang mana memiliki implikasi keamanan langsung.
Pemerintah India juga telah menelusuri hubungan antara perusahaan Cina yang bekerja di India dan Tentara Pembebasan Rakyat Cina. The Eurasian Times menulis, raksasa teknologi Huawei termasuk di antara mereka yang “memberikan bantuan dan bekerja sama dalam pekerjaan intelijen nasional Cina”. [The Eurasian Times/ Nikkei]