Dampak Perang Rusia-Ukraina: Penduduk Afrika Barat Mulai Makan Singkong
- Roti kini tidal lagi terbuat dari tepung gandung, tapi tepung singkong.
- Kandungan tepung singkong dalam roti tidak lebih dari 15 persen.
JERNIH — Dampak perang Rusia di Ukraina mulai terasa di Afrika Barat. Penduduk Pantai Gading, salah satunya, kini melirik singkong ketika harga gandung terus naik dan kian tak terjangkau.
“Semuanya menjadi mahal di pasar,” kata Honorine Kouarnee, penjual makanan di distrik Blockhaus, Abidjan, ibu kota Pantai Gading. “Kalau kita bisa membuat roti dari tepung singkong lokal akan lebih baik. Penduduk bersedia makan roti lokal.”
Jean Baptiste Koffi, ketua Konfederasi Konsumen Nasional Pantai Gading, mendukung upaya penduduk mengganti gandung dengan singkong.
Menurutnya, upaya ini akan memberi stimulus bagi produsen ubi kayu dan menjaga harga roti. “Namun, cita rasa itu penting. Beberapa pembuat roti dari tepung singkong berhati-hati,” katanya.
Pantai Gading, negeri bekas jajahan Prancis, tidak punya ladang gandung. Namun, Batuette — stik roti yang banyak digemari — adalah tolok ukur biaya hidup.
Setiap tahun, negeri berpenduduk 25 juta itu mengimpor gandum dari Prancis. Setelah perang Rusia di Ukraina, harga gandung erus naik, sedangkan penghasilan per kapita tidak lebih dari 400 dolar AS, atau Rp 5,9 juta, per bulan.
Rusia dan Ukraina adalah pengimpor gandum terbesar di dunia. Ketika keduanya bertempur, pasukan gandum ke pasar internasional menipis, memicu kenaikan harga, karena negara produsen lain tidak bisa memenuhi kebutuhan dunia.
Makanan Pengganti
Pantai Gading kini serius melirik singkong sebagai pengganti gandum. Namun, itu tidak akan mudah.
“Bagi orang Pantai Gading, roti dari tepung singkong berkualitas rendah dan makanan orang miskin,” kata Rede Dilby, seorang pembuat roti. “Jadi, konsumen harus disadarkan akan rasa baru ini.”
Pihak berwenang Pantai Gading terus mengkampanyekan singkong sebagai makanan pengganti gandum. Singkong, kata pemerintah dalam kampanye, mengandung sari pati yang tinggi dan merupakan makanan berserat yang baik.
Namun, sebuah studi di Nigeria tahun 2014 menunjukan proporsi tepung singkong yang tinggi menurunkan kandungan mineral dan protein. Ini yang membedakan dengan tepung gandum.
Secara finansial, penggunaan tepung singkong dalam kandungan roti memberi membuat pemerintah Pantai Gading bisa menghemat devisa. Tahun lalu, 10 prsen anggaran nasional — sekitar 16 miliar dolar AS — dihabiskan untuk mengimpor pangan, meski tanah di Pantai Gading sangat subur.
Ranie-Didice Bah Kone, sekretaris eksekutif Dewan Nasional untuk Memerangi Biaya Hidup Tinggi, mengatakan inilah saatnya membuka potensi pertanian dalam negeri.
Dalam kunjungan ke pabrik tepung singkong, Bah Kone menyeru langkah segera untuk meningkatkan pasokan tepung lokal, selain subsidi untuk sektor pertanian.
Pertemuan Produsen Roti
Tidak hanya Pantai Gading, sejumlah negara Afrika juga tergantung pada impor gandum dari Eropa, terutama Ukraina dan Rusia.
Pada 19 Juli, pembuat roti di seluruh Afrika Barat akan bertemu di Dakar, ibu kota Senegal, untuk meluncurkan asosiasi guna melobi penetapan tolok ukur regional hinggal 15 persen kandungan lokal dalam roti.
“Penggunaan produk lokal dalam roti bisa menyelesaikan krisis pangan,” kata Marius Abe Ake, yang memimpin asosiasi pembuat roti.
Menurutnya, kita perlu membuat kue afrika untuk menurunkan biaya produksi, memerangi kemiskinan, dan menghindari kerusuhan yang menghancurkan.