Di Bawah Todongan Senjata, Wanita Afghanisatan Tinggalkan Universitas dengan Air Mata
- Menteri Pendidikan Afghanistan mengatakan wanita bersekolah bukan tradisi Afghanistan.
- Seorang mahasiswi Afghanistan mengatakan negaranya kembali ke era 1990-an.
JERNIH — Pemerintah Taliban di Afghanistan menerapkan larangan wanita menghadiri universitas di seluruh negeri dengan todongan senjata.
“Menurut keputusan kabinet, Anda semua diinstruksikan melaksanakan perintah penangguhan pendidikan anak perempuan sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Menteri Pendidikan Neda Mohammad Nadeem dalam pernyataan yang keluarkan Selasa lalu. “Pastikan perintah ini dijalankan.”
Tamara Aref, mahasiswa sebuah universitas swasta di Kabul, mengatakan; “Kami datang ke universitas sekitar pukul 07:00 pagi. Anak laki-laki diizinkan masuk, kami disuruh pulang.”
Dalam pembicaraan telepon, Tamara Aref mengatakan harapan terakhir yang tersisa telah hilang. Afghanistan kembali era 1990-an yang ditakuti semua orang.
Menteri Nadeem, salah satu anggota Taliban paling konservatif, mengatakan pendidikan bagi anak perempuan bukan tradisi Afghanistan, tapi bagian budaya Barat yang dibawa pasukan AS.
Pernyataan itu mengabaikan peran perempuan selama sebagian besar abad ke-20 di Afghanistan, yaitu membantu menyusun konstitusi negara, memenangkan hak untuk memilih, dan menjalankan bisnis.
Human Right Watch (HRW) menyebut keputusan Taliban memalukan dan tidak menghormati hak-hak dasar warga, terutama perempuan.