Di Bulan Kartini, Korps HMI-Wati Badko Jawa Barat Gelar Webinar Pencegahan Kekerasan Seksual
Pada kesempatan itu Dewi Kanti mencolek para pemuda, yang menurutnya harus berpartisipasi aktif mencegah kekerasan terhadap perempuan, mitra kehidupan yang harus mereka jaga. “Pemuda harus adaptif, ikut membangun peradaban yang maju dan selalu mawas diri, karena Tuhan sudah menganugerahkan akal budi dan pekerti yang baik,”kata Dewi, seolah mengingatkan peserta pada “Pemuda Idaman”, lagu tarling yang popular pada masanya.
JERNIH—Senyampang memperingati Hari Kartini serta memberikan peringatan kewaspadaan kepada kaum perempuan, Korps HMI-Wati (Kohati) Badan Koordinasi HMI Jawa Barat mengadakan webinar nasional bertema “Self-Awareness Tunas Muda Kartini dalam Mencegah Kekerasan Seksual“. Webinar yang digelar secara daring melalui aplikasi Zoom tersebut berlangsung Ahad (24/4), dengan peserta para kader HMI dan kalangan masyarakat umum.
Dalam sambutan pembukaan pra-webinar, ketua pelaksana kegiatan yang juga Ketua Bidang Kajian dan Advokasi, Ipah Hernipah, menegaskan bahwa kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mendukung dan memberikan kesadaran kepada kaum perempuan untuk senantiasa waspada, betapa kekerasan seksual adalah hal yang kian nyata. “Dengan begitu, kita akan selalu selalu waspada agar hal buruk tersebut bisa dicegah, atau pun dikendalikan oleh kita semua manakala terjadi,”kata Ipah.
Sementara Ketua Umum Kohati Badko HMI Jawa Barat, Siti Nurhayati, menyam-paikan bahwa kegiatan tersebut merupakan rangkaian program kerja Kohati Badko HMI Jawa Barat sebagai ajang pengembangan intelektual. Sekian banyak tema webinar yang relevan dan aktual telah dipersiapkan untuk mendorong iklim kecendikiawanan, khususnya di komunitas HMI.
Menurut Siti, tema yang diusung pada kesempatan Ahad kemarin sejalan dengan peringatan yang dilontarkan Komnas Perempuan bahwa saat ini Indonesia tengah menghadapi ‘darurat kekerasan seksual’.
“Data yang dirilis Komnas Perempuan mencatat adanya 338.496 kasus kekerasan seksual. Selain itu, dari 10 provinsi di Indonesia yang mencatatkan angka tertinggi, peringkat pertama justru dicatatkan Provinsi Jawa Barat dengan 58.395 kasus,”kata Siti.
Data itu, menurut dia, belum termasuk kasus-kasus yang tidak dilaporkan.
Pada acara yang dimoderatori Arina Zamardah tersebut menghadirkan tiga pembicara, yakni Komisioner Komnas Perempuan, Dewi Kanti Setianingsih; pegiat Forum Alumni HMI-Wati (Forhati) Jawa Barat, Imas Fauzyah, serta Nisa Permata Basti.
Dalam pemaparannya Dewi Kanti menjelaskan trend meningkatnya upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan. Pada kesempatan itu ia mencolek para pemuda, yang menurutnya harus berpartisipasi aktif mencegah kekerasan terhadap perempuan, mitra kehidupan yang harus mereka jaga. “Pemuda harus adaptif, ikut membangun peradaban yang maju dan selalu mawas diri, karena Tuhan sudah menganugerahkan akal budi dan pekerti yang baik,”kata Dewi, seolah mengingatkan peserta pada “Pemuda Idaman”, lagu tarling yang popular pada masanya.
Semntara Imas Fauzyah menekankan perlunya kaum perempuan meningkatkan kewaspadaan diri (self-awareness) akan bahaya kekerasan seksual. Sedangkan pembicara terakhir, Nisa Permata Basti, lebih banyak memaparkan regulasi dalam masalah ini, yakni UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS). Nisa mewanti-wanti, disahkannya UU tersebut sama sekali tidak menjamin bahwa persoalan kekerasan seksual akan otomatis beres.
“Undang-undang yang sudah disahkan ini tetap harus dikawal dalam pelaksanaannya,”kata Nisa. Dalam hal itu Kohati bisa melibatkan masyarakat banyak agar upaya tersebut lebih optimal. [rls]