Di Negara Ini, tak Mengenakan Masker Dipenjara Dua Tahun
- Pemimpin Ethiopia mendesak warga untuk waspada, karena lonjakan kasus berpotensi menghancurkan sistem kesehatan.
- Tidak patut protokol kesehatan, negara tak segan mengenakan dendan luar biasa besar atau penjara dua tahun.
Addis Ababa — Di Jakarta, sengaja tidak mengenakan masker terkena denda Rp 250 ribu atau kerja sosial. Di Ethiopia, tidak mengenakan masker terancam mendekam dipenjara dua tahun.
Aturan keras ini dikeluarkan untuk mengekang penyebaran Covid-19, setelah keadaan darurat dicabut. Kantor Jaksa Agung Ethiopia mengeluarkan aturan ini agar warga tidak abai.
Selain keharusan mengenakan masker, Ethiopia juga melarang jabat tangan, menempatkan lebih dari tiga orang di satu meja, atau tidak menjaga jarak sejauh dua langkah orang dewasa — sekitar enam kaki, atau dua meter — dengan orang terdekat.
“Kini, Covid-19 seolah-olah tidak ada lagi dan masyarakat tidak peduli,” kata Menteri Kesehatan Lia Tadesse, Kamis lalu. “Ini akan menyebabkan kemungkinan penyebaran dan mengancam bangsa.”
Ethiopia adalah negara terpadat kedua di Benua Afrika, dan pusat kekuatan regional. April lalu, Ethiopia mengumumkan keadaan darurat untuk menahan penyebaran virus korona. September lalu, keadaan darurat dicabut.
Kementerian Kesehatan Ethiopia mencatat 91.118 kasus Covid-19, dengan 1.384 kematian, dan 44.506 sembuh.
Kasus Covid-19 memuncak jelang akhir Agustus, tapi sulit mengetahui gambaran sebenarnya karena pengujian telah dikurangi akibat keterbatasan sumber daya.
Setidanya 79 orang meninggal akibat Covid-19 dalam sepekan terakhir, tapi kematian yang tercatat kurang dua persen.
Pemerintah Ethiopia coba mengekang penyebaran virus korona, tapi tidak ingin kembali menerapkan keadaan darurat. Kantor Kejaksaan Agung merancang undang-undang baru, dengan hukuman cukup keras kepada pelanggar protokol.
Undang-undang baru mengatur denda sangat berat, dan ancaman hukuman dua tahun penjara bagi pelanggar, demikian Kantor Kejasaan Agung di laman Facebook-nya.
Ethiopia juga menunda pemilihan parlemen regional, yang dijadwalkan Agustus lalu. Pemilu diharapkan bsia digelar tahun depan.
Sebagian besar negara Afrika belum mengalami gelombang besar infeksi virus korona dan kematian, seperti di Eropa dan AS. Sejumlah pakar mengatakan populasi yang jauh lebih muda, tindakan segera menahan virus, dan kebanyakan warga tinggal di pedesaan, membantu Ethiopia mengendalikan pandemi.
Meski demikian banyak pemimpin Afrikan mendesak warga meningkatkan kewaspadaan, karena lonjakan kasus berpotensi menghancurkan sistem kesehatan masyarakat yang rapuh.