Djembatan Berak
- Entah sejak kapan nama Djembatan Berak hilang dari ingatan penduduk Batavia.
- Nama ini terjadi akibat kesalahan penulisan dari Scheidbrug menjadi Schijtbrug. Yang pertama artinya Djembatan Perpisahan, yang kedua berarti Djembatan Berak.
JERNIH — Rupaya, saya tak banyak tahu tentang nama-nama unik di Batavia, termasuk yang satu ini; Djembatan Berak. Nama ini saya ketahui saat iseng lihat-lihat foto di dua situs; digitalcollections.universiteitleiden.nl dan geheugen.delpher.nl.
Foto Djembatan Berak dibuat Woodbury & Page/Batavia tahun 1872. Keterangan foto menyebutkan Prauwen van het Bataviaasch Praauwen Veer (BPV) bij de Djembatan Berak (Schijtbrug) te Batavia. Artinya, perahu Bataviaasch Praauwen Veer (BPV) di Djembatan Berak (Schijtbrug) di Batavia.
Tidak ada cerita mengapa disebut Djembatan Berak, tapi kata Schijtbrug dalam keterangan foto itu sedikit banyak membuat kita sedikit tahu. Schijtbrug adalah kata dalam Bahasa Belanda yang berasal dari dua kata; schijt yang artinya kotoran manusia dan brug yang berarti jembatan. Terjemahan bebas Schijtbrug adalah Djembatan Berak.
Olivier Johannes Raap, penulis Kota di Djawa Tempo Doeloe terbitan Gramedia, menulis Djembatan Berak membentang di atas kali buatan di sebelah utara bekas benteng VOC, tidak jauh dari pasar ikan. Dalam peta Jakarta saat ini, jembatan angkat (Ophaalbrug) gaya Belanda itu terdapat di ujung Jl Tongkol atau di pertemuan dengan Jl Kerapu.
Dalam kartu pos bergambar terbitan Uitgave Boekhandel Visser & Co Weltevreden 1908, tidak ada nama Schijtburg atau Jembatan Berak tapi Ophaalbrug Pasar Ikan, atau Jembatan Angkat Pasar Ikan.
Raap punya versi lain soal kapan jembatan dibangun. Menurutnya, jembatan, yang merupakan akses ke Pelabuhan Sunda Kelapa, dibangun tahun 1880-an. Jika melihat foto di dua situs yang disebutkan di atas dan hasil jepretan Visser & Co Weltevreden yang ada di buku Raap, terdapat perbedaan fisik jembatan.
Jembatan kemungkinan dibangun sebelum 1870-an dan mengalami beberapa perbaikan menyeluruh. Sebab, jembatan gantung itu terbuat dari kayu. Tahun 1880-an kemungkinan adalah perbaikan menyeluruh, atau pembangunan kembali jembatan, setelah mengalami pelapukan.
Ketika perahu hendak melewati jembatan, petugas akan menarik tali yang tersambung ke pemberat dan lantai jembatan — terdiri dari dua bagian terpisah — akan membuka ke atas. Mengangkat dua lantai jembatan bukan tugas yang ringan bagi pekerja.
Tahun 1880-an, ketika Pelabuhan Sunda Kelapa masih sibuk melayani transportasi penumpang antar pulau, jembatan ini adalah titik perpisahan calon penumpang kapal dengan keluarga atau kerabat. Sebelum pergantian abad, orang yang lalu-lalang di jembatan masih sering melihat penduduk kulit putih saling peluk di jembatan itu sebelum melepas keluarga yang melakukan perjalanan dengan kapal laut.
Orang Belanda menyebut jembatan itu Scheidbrug, atau jembatan perpisahan. Namun, entah sengaja atau tidak, orang Belanda kerap salah menulis menjadi Schijtbrug, yang artinya Djembatan Berak, padahal tidak ada cerita masyarakat sekitar menjadikan jembatan itu jamban raksasa di waktu malam.
Tahun 1930-an, jembatan kembali dibongkar dan diganti dengan yang lebih modern dan besar. Tidak ada kabar apakah Belanda masih mempertahankan gaya jembatan angkat. Yang pasti, jembatan itu — dengan bentuk aslinya sebagai jambatan angkat — kini tidak ada lagi. Bersamaan dengan itu nama Djembatan Berak seolah hilang dari ingatan penduduk.