Dukung Gugus Tugas Anti-Islamofobia, Ketua Barisan Ulama Madura Minta Kecurigaan Berlebihan Atas Islam Dihentikan
Pernyataan dukungan tersebut disampaikan kyai terkemuka Madura itu kepada Presiden Syarikat Islam, Hamdan Zoelva, dan Sekjen Ferry Juliantono, di sela-sela Peringatan Haul Raden KH. Abdul Hamid bin Itsbat, yang digelar Rabu (20/4) malam di Pamekasan, Madura.
JERNIH– Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hamidy, Banyuanyar Timur, Pamekasan, Madura, yang juga ketua Barisan Ulama Se-Madura (Basra), KH. Mohammad Rofi’i Baidhowi, menyatakan dukungan penuh berdirinya Gugus Tugas Anti-Islamfobia yang tengah digalakan organisasi keagamaan Syarikat Islam (SI). KH Mohammad Rofi’i berharap, pendirian gugus tugas tersebut bisa mengakhiri era kriminalisasi ulama serta kecurigaan berlebihan atas Islam dan umatnya.
Pernyataan dukungan tersebut disampaikan kyai terkemuka Madura itu kepada Presiden Syarikat Islam, Hamdan Zoelva, dan Sekjen Ferry Juliantono, di sela-sela Peringatan Haul Raden KH. Abdul Hamid bin Itsbat, yang digelar Rabu (20/4) malam di Pamekasan, Madura.
“Saya mendukung hal-hal baik yang dilakukan untuk umat. Kita bisa berharap dengan begitu pandangan negatif dan apa yang disebut umat sebagai kriminalisasi ulama yang sering terjadi beberapa waktu lalu bisa segera berhenti,”kata KH Mohammad Rofií.
Dalam kesempatan bincang-bincang tersebut, Hamdan menyampaikan perkembangan terkini pendirian Gugus Tugas Anti-Islamphobia. Presiden SI itu menegaskan, semua telah dimulai dengan penyusunan naskah akademik, dan membangun aliansi dengan ormas-ormas Islam yang ada.
“Alhamdulillah, selama ini kami banyak mendapatkan support positif dari sesame Muslim yang sadar pentingnya Lembaga tersebut,”kata Hamdan.
Sebagaimana diberitakan media-media massa arus utama, Syarikat Islam berkomitmen untuk membentuk desk Anti-Islamofobia. Hal tersebut ditegaskan SI dalam momen resmi pembukaan Musyawarah Nasional Alim ulama Syarikat Islam di Jakarta, tepat hari ini Maret lalu. Saat itu Sekjen SI, Ferry Juliantono menjelaskan, runtuhnya bangunan islamofobia yang dikembangkan ulang sejak 11 September 2001 seharusnya membangkitkan umat Islam untuk bergerak dan menunjukkan agamanya sebagai agama welas asih bagi dunia.
Semangat SI untuk membangun desk tersebut, menurut Ferry antara lain dengan ditetapkannya 15 Maret 2022 sebagai hari perlawanan terhadap fobia akan Islam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sementara, menurut Ferry, umat Islam sendiri kurang menyambutnya dengan berbagai gerakan yang menunjukkan bahwa agama ini bertolak belakang dengan wajah yang selama ini dikembangkan orang-orang yang memusuhinya. [rls]