Crispy

Filipina Bangun Kembali Tiga Masjid di Marawi City

  • Tiga masjid itu hancur akibat Pertempuran Marawi selama lima bulan.
  • Di seluruh Marawi, terdapat 30 masjid yang rusak. Presiden Durterte berjanji membagun kembali masjid-masjid itu.

Marawi — Pemerintah Filipina akan membangun kembali tiga masjid di Marawi City, yang hancur selama Pengepungan Marawi 2017.

Eduardo del Rosario, dari Satgas Bangon Marawi (TFBM), menanda-tanganani tiga memorandum of agreeement (MOA) yang membuka jalan bagi perbaikan tiga masjid melalui pemanfaatkan dana escrow pengembang perumahan.

Tiga masjid yang akan dibangun kembali adalah Masjid Darussalam di Barangay Raya Madaya, Masjid Disomangcop di Barangay Daguduban, dan Masjid Putih di Barangay Lumbac Madaya. Biaya seluruh pembangunan mencapai 32,14 juta peso, atau Rp 9,7 miliar.

Ketiga masjid terletak di wilayah paling terkepung, atau titik nol, salama lima bulan Pengepungan Marawi.

“Ini menjadi tonggak sejarah Dinas dan Satgas Bangon Marawi,” kata Del Rasario, yang juga mengepalai Departemen Permukiman dan Pembangunan Perkotaan.

“Kali pertama kami menggunakan komponen dana escow untuk pembangunan tiga masjid di wilayah yang terkena dampak paling parah,” lanjutnya.

Dalam pertemuan Maret 2020 lalu, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menekankan perlunya memprioritaskan pembangunan kembali masjid. Pertemuan dihadiri Walikota Marawi Majul Gandamra, asisten sekretaris TFBM Felix Castro Jr, dan pengurus tiga masjid.

Menurut Del Rasario, pemerintah ingin membangun kembali sedikitnya 30 masjid di Marawi, termasuk Masjid Dansalan Bato dan Masjid Agung, melalui sumbangan organisasi swasta.

Pembangunan kembali masjid yang hancur selama Pengepungan Marawi 2017 sangat penting untuk penyembuhan sosial Maranaos, yang terkena konflik.

“Masjid-masjid itu monumen penting sejarah Muslim dan tradisi Islam di Filipina,” kata Del Rosario.

Pengepungan Marawi

Pengepungan Marawi, atau Pertempuran Marawi, adalah konflik bersenjata lima bulan di Marawi, Lanao del Sur yang bermulai 23 Mei 2017. Pertempuran melibatkan tentara Filipina dengan kelompok yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam (NIIS), Kelompok Maute, dan jihad Salafi Abu Sayyaf.

Pertempuran dimulai ketika tentara Filipina memasuki kota untuk menangkap Isnilon Hapiton, pemimpin Abu Sayyaf. Hapiton berada di Marawi untuk bertemu Kelompok Maute.

Baku tembak mematikan meletus saat pasukan Hapiton melepas tembakan ke arah Angkatan Darat dan Kepolisian Filipina. Hapiton mengontak Kelompok Maute dan NIIS. Kalompok Maute merespon dengan menyerang Kamp Ranao, menduduki beberapa bangunan, termauk Balai Kota Marawi, universitas, dan rumah sakit.

Pertempuran berakhir 4 Juli, dengan ratusan korban di kedua pihak dan penduduk. Marawi, dengan masjid-masjid di sekujurnya, hancur. Pertempuran Marawi tercatat sebagai perang kota dalam sejarah militer Filipina.

Pertempuran menjadi menarik karena melibatkan kehebatan sniper dari kedua kubu.

Back to top button