Filipina Selamatkan 1.090 Korban Perdagangan Manusia, Dubes RI di Manila Berada di Balik Upaya Penyelamatan
- Kepolisian Filipina menggelar operasi yang menyelamatkan 143 WN Indonesia korban perdagangan manusia.
- Situs Philippines Inquirer memberitakan operasi digelar berkat laporan Dubes RI di Manila.
JERNIH — Filipina menyelamatkan 1.090 korban perdagangan manusia dari berbagai negara Asia Tenggara, yang dipaksa melakukan penipuan online. Dubes RI di Manila berada di belakang sukses mengungkap perdagangan manusia.
Philippines Inquirer memberitakan dari jumlah itu, 143 berasal dari Indonesia, Cina (307), Filipina (171), Nepal (40), Malaysia (25), Myanmar (7), Thailand (5), Taiwan (2), dan satu dari Hong Kong. Lainnya, dalam jumlah yang jauh lebih besar, tidak diketahui.
Michelle Sabino, juru bicara kelompok anti-kejahatan dunia maya di Kepolisian Filipina, mengatakan seluruh korban diselamatkan dalam penggrebekan di sejumlah bangunan di Mabalacat, sekitar 90 kilometer utara Manila, Kamis 4 Mei.
Menurut Sabino, korban dipaksa melakukan penipuan online dengan target warga AS, Eropa, dan Kanada.
“Paspor mereka disita dan mereka harus bekerja 18 jam sehari,” kata Sabino. “Mereka terancam pemotongan gaji jika berinteraksi dengan rekan kerja atau istirahat panjang.”
Mereka, masih menurut Sabino, tidak ubahnya tahanan tanpa sel. Mereka tidak diizinkan berbicara dengan rekan sekamar.
“Mereka tidak boleh keluar dari gerbang. Setelah 18 jam kerja, mereka dibawa ke asrama,” lanjut Sabino kepada AFP.
Dilatih Merayu
Seluruh korban dilatih untuk merayu orang asing agar membeli cryptocurrency atau menyetor uang ke rekening bank palsu, setelah menjalin hubungan romantis.
“Korban dilatih membangun janji masa depan. Misal, mari kita beli rumah, beli mobil, dan mari investasikan uang, atau mari berbisnis bersama,” kata Sabino.
Setidaknya 12 orang yang terlibat dalam bisnis keji ini ditangkap dan akan menghadapi dakwaan perdagangan manusia. Tujuh dari 12 orang itu adalah warga Cina, empat warga Indonesia dan Malaysia, satu lainnya tak diketahui.
Menurut Sabino, operasi penggrebekan ini adalah hasil permohonan Dubes Indonesia di Manila, yang berupaya menemukan WNI korban perdagangan manusia.