Gelombang Terbesar ‘Black Lives Matter’ Menyapu Washington D.C
WASHINGTON D.C — Terjadi unjuk rasa besar-besaran di Washington D.C. sejak Sabtu (6/6/2020) waktu setempat. Ini merupakan salah satu aksi terbesar sejak kematian George Floyd pada Senin (25/5/2020).
Washington Post melaporkan lusinan aksi berbeda dilakukan oleh berbagai organisasi dan individu di berbagai tempat di ibu kota Amerika Serikat (AS) Washington D.C. Tak seperti gelombang unjuk rasa sebelumnya, dalam aksi kali ini tidak ada satu pihak pun yang mendaku sebagai koordinator tunggal aksi.
Unjuk rasa berlangsung sejak Sabtu pagi pukul 6 hingga larut malam waktu setempat. Namun, beberapa pengunjuk rasa berencana bertahan hingga Minggu pagi.
Ribuan pengunjuk rasa kembali menyuarakan penentangan terhadap rasisme, tindakan agresif polisi, dan pendekatan militeristik Trump dalam penanganan unjuk rasa ‘Black Lives Matter’ yang terjadi di berbagai kota.
Para pengunjuk rasa melakukan aksi take a knee di luar gedung Capitol Hill untuk mengenang kematian George Floyd sekaligus protes atas tindakan tak manusiawi tersebut. Sebagian lain berkumpul di Lincoln Memorial, membawa berbagai macam poster.
Gerakan berlutut ‘take a knee’ dimulai di AS dengan bintang NFL Colin Kaepernick saat lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum pertandingan pramusim timnya tahun 2016 dan sejak itu telah menjadi simbol kemarahan dan solidaritas terhadap rasisme di seluruh dunia.
Aksi ‘take a knee’ kemudian populer tahun 2017 di National Football League (NFL) yang menkritik kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait masalah sosial selama acara olahraga. Menanggapi aksi tersebut, ‘Presiden Tweety’ saat itu itu meminta para juragan klub “memecat” para pemain yang memprotesnya.
Kembali ke Washington D.C, diantara sekian banyak tulisan poster itu, ada yang bertuliskan 8 minutes 46 second. Dalam konteks kasus George Floyd, 8 menit 46 detik adalah lama waktu ‘sang polisi pembunuh’ menekan leher pria kulit hitam tersebut dengan lututnya. Di detik ke-47, ia sudah tak berdaya.
Sehari sebelumnya, wali kota D.C., Muriel E. Bowser memerintahkan petugas menulis ‘Black Lives Matter’ di sepanjang jalan 16th Street. Frasa itu ditulis gigantis dengan cat kuning. Wali Kota perempuan berkulit hitam tersebut mengganti nama jalan itu secara resmi menjadi ‘Black Lives Matter Plaza’ sebagai bentuk dukungan terhadap pengunjuk rasa.
“Jalan 16th Street di depan Gedung Putih kini resmi menjadi “Black Live Matter,” cuitnya di akun Twitter @MayorBowser miliknya pada Jumat (5/6/2020).
Penggantian nama jalan ini juga merupakan protes terhadap kebijakan Trump yang menangani aksi unjuk rasa dengan pendekatan militer. Ia memprotes kehadiran Garda Nasional di District of Columbia dan meminta Gedung Putih menariknya mundur.
Aksi besar ini merupakan lanjutan dari aksi-aksi sebelumnya yang terjadi di berbagai kota di berbagai negara bagian. Tak hanya di negeri Paman Sam, protes ini pun dengan cepat menyebar ke daratan Eropa.
euronews melaporkan pada hari Sabtu jalanan di.sejumlah kota-kota Eropa dibanjiri ribuan pengunjuk rasa. Mereka berdemonstrasi mendukung gerakan Black Lives Matter. Banyak di antaranya yang abai protokol kesehatan COVID-19 dengan tidak menjaga jarak.
Protes yang menjalar di kota-kota besar Eropa seperti seperti London, Paris dan Berlin adalah yang terbaru sebagai akumulasi gelombang kemarahan dan penolakan global terhadap rasisme dan kebrutalan polisi yang dipicu kematian George Floyd di tangan seorang polisi Minneapolis.