Crispy

Hari Ini Perundingan Nuklir Iran Kembali Digelar

“Apa yang akan dibawa oleh Amerika Serikat ke perundingan di Wina besok akan menentukan apakah kita bisa mencapai kesepakatan,” kata Khatibzadeh. “Kami sudah membuat kemajuan signifikan dalam berbagai area di perundingan Wina, termasuk jaminan dari Amerika Serikat untuk tidak lagi melanggar perjanjian seperti yang dilakukan Trump,”kata pernyataan pers Kemenlu Iran.

JERNIH–Tujuh negara hari ini, Selasa (8/2) akan kembali memulai perundingan, melanjutkan negosiasi program nuklir Iran, di Wina, Austria. Putaran ini merupakan peluang terakhir untuk menghidupkan kembali Perjanjian Nuklir 2015.

Terakhir, perundingan nuklir di Wina ditunda pada akhir bulan lalu untuk jeda konsultasi. Kini, “putaran kedelapan perundingan dihadiri Cina, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Iran dan Amerika Serikat, akan dilanjutkan besok di Wina,” tulis Juru Bicara  Uni Eropa, Alain Matton, via Twitter, kemarin.

Menyusul bulan-bulan penuh ketidakpastian, proses negosiasi untuk menghidupkan kembali Perjanjian Nuklir 2015 mengalami kemajuan dalam beberapa pekan terakhir.

Belum lama ini, AS melonggarkan embargo yang memungkinkan lembaga nuklir internasional menjalin kerjasama untuk bidang nonmiliter. Hal ini dianggap sebagai “langkah baik, meski tidak cukup, kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdolaahian, Ahad (6/2) lalu.

Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, pencabutan sanksi yang menguntungkan Iran adalah garis merah perundingan. “Langkah Washngton tidak berdampak pada situasi ekonomi Iran,”kata dia.

Teheran secara konsisten melanggar butir perjanjian dengan memperkaya uranium, sejak bekas Presiden AS, Donald Trump, mencabut dukungannya 2018 lalu. Namun demikian Iran menolak tuduhan ingin membangun senjata nuklir.

Momen menentukan

Kanselir Jerman, Olaf Scholz, mengatakan hasil perundingan akan sepenuhnya bergantung kepada Iran. Scholz mengatakan hal itu dalam wawancara dengan harian AS, Washington Post, Senin (7/2) lalu.

“Kita harus memberikan pesan yang jelas bahwa saat ini adalah saatnya membuat keputusan dan kemajuan, bukan menunda prosesnya,” tutur Scholz. “Saat ini adalah momen yang paling menentukan dan kami yakin kita bisa memanfaatkan peluang ini.” Tapi, “Waktu yang kita miliki tidak banyak,” katanya menambahkan.

Dalam keterangan persnya, Kemenlu Iran sebaliknya membebankan tanggung jawab kepada Washington. “Apa yang akan dibawa oleh Amerika Serikat ke perundingan di Wina besok akan menentukan apakah kita bisa mencapai kesepakatan,” kata Khatibzadeh. “Kami sudah membuat kemajuan signifikan dalam berbagai area di perundingan Wina, termasuk jaminan dari Amerika Serikat untuk tidak lagi melanggar perjanjian seperti yang dilakukan Trump,”kata dia.

“Kami berharap, apa yang diasumsikan sebagai pernyataan positif bisa berubah menjadi tindakan dan kita bisa menyepakati perjanjian yang adil di Wina.”

Pada Ahad (6/2) lalu, pejabat tinggi keamanan Iran, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional, Ali Shamkhani, mengatakan Washington dan Teheran sejauh ini berhasil membuat komitmen yang “seimbang” dalam perundingan di Wina.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS mengatakan keputusannya memberikan penundaan sanksi bagi program nuklir sipil Iran bukan isyarat kendur, melainkan langkah teknis yang diperlukan untuk kembali ke Perjanjian Nuklir 2015.

Penundaan embargo membebaskan perusahaan internasional terlibat dalam program nuklir Iran, selama untuk keperluan sipil, tanpa harus mengkhawatirkan sanksi dari AS. [AFP/DPA]

Back to top button