Crispy

Idul Adha di Myanmar: Junta Militer Rampas Ratusan Hewan Qurban Muslim Yangon

  • Muslim Yangon puja izin menyembelih hewan qurban, tapi tentara junta militer nggak peduli.
  • Min Aung Hlaing, pemimpin junta, mempromosikan toleransi tapi tentaranya membantai minoritas.

JERNIH — Junta militer Myanmar menggrebek ritual qurban dan menyita seratus ekor kambing serta mengangkut semua hewan yang telah disembelih.

“Kami menyebelih tujuh ekor sapi ketika junta militer datang,” kata seorang Muslim di Kotapraja Thinganngyun kepada situs Irrawaddy. “Mereka membawa semua ternah yang disembelih, daging yang siap dibagikan ke masyarakat, dan seratus ekor kambing yang belum disembelih.”

Rincinya, menurut seorang warga Muslim lainnya, sepuluh pasukan junta militer bersenjata lengkap membawa 22 ekor sapi — termasuk yang telah disembelih — dan seratus ekor kambing.

Warga Muslim yang menyaksikan ritual qurban bubar ketakutan, dan menghindari penangkapan.

Polisi dan junta militer memperlakukan ternah dengan sangat kejam. Mereka membawanya ke truk, dan melukai beberapa ekor kambing.

Muslim Myanmar non-Rohingya menabung untuk membeli hewan kurban. Tahun ini mereka mengeluarkan 100 ribu dolar AS, atau Rp 1,5 miliar, untuk membeli hewan kurban.

Muslim di Yangon mendapat izin menyelenggarakan ritual pemotongan hewan dan membayar retribusi untuk acara itu.

“Saya gemetar saat mereka memukuli ternak untuk dibawa ke truk,” kata seorang panitia kurban. “Mereka bersenjata lengkap, kami tidak bisa apa-apa.”

Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer Myanmar, sering menghadiri upacara keagamaan non-Buddha dan beberapa kali terlihat bersama Uskup Agung Yangon Kardinal Charles Bo.

Kemunculannya dipandang sebagai upaya untuk menunjukan toleransi beragama. Namun, pasukannya meneror minoritas keagamaan dan kelompok penganut Buddha anti-junta militer.

Tidak ada ucapan Selamat Idul Adha dari Min Aung Hlaing. Sedangkan Duwa Lashi La, penjabat presiden Pemerintah Persatuan Nasional, mengucapkan Selamat Idul Adha.

Junta militer Myanmar menghancurkan lebih 100 bangunan Buddha dan Kristen dalam 14 bulan, atau setelah merebut kekuasaan pada Februari 2021.

Back to top button