Inggris Terapkan Lockdown Lagi Selama Satu Bulan
Angka kematian akibat Corona di Inggris merupakan yang terbesar di Eropa.
JERNIH-Inggris kembali lockdown secara nasional setelah kasus Corona di Inggris sudah mencapai lebih dari satu juta. Kebijakan tersebut diambil Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam sebuah pengumuman yang dilansir Reuters, pada Minggu (1/10/2020).
“Sekarang adalah waktunya untuk mengambil tindakan karena tidak ada alternatif,” kata Johnson.
Adapun waktu pelaksanaan lockdown akan diberlakukan hingga bulan depan.
“Lockdown akan dimulai besok hari dan berlangsung hingga 2 Desember” kata Boris lebih lanjut.
Saat ini, Inggris angka kematian akibat Corona di Inggris menduduki peringkat terbesar di Eropa. dimana angka kematian tersebut lebih dari 20.000 kasus virus setiap hari.
Dalam pelaksanaan lockdown nanti, pemerintah Inggris memberlakukan beberapa pembatasan yang dinilai paling berat dalam sejarah masa damai Inggris.
Mereka diizinkan keluar rumah, hanya untuk hal-hal tertentu seperi pendidikan, pekerjaan, olahraga, berbelanja kebutuhan pokok dan obat-obatan atau merawat yang rentan.
Selanjutnya skema subsidi upah darurat virus korona akan dihidupkan kembali oleh pemerintah, untuk memastikan para pekerja yang diberhentikan sementara selama lockdown masih menerima 80% dari gaji mereka.
Semua Pub dan restoran harus tutup demikian juga toko dan ritel non-esensial ditutup. Hanya toko-toko penting, sekolah, dan universitas boleh buka.
Boris dinilai telah lambat melakukan penguncian nasional pada dari 23 Maret hingga 4 Juli, lalu. Sementara dia jatuh sakit karena Corona pada akhir Maret dan dirawat di rumah sakit pada awal April.
Sebelumnya para ilmuwan memberi peringatan pada Boris bahwa kebijakan penanganan Corona dinilai saha arah. Para ilmuwan memberi rekomendasi agar Boris melakukan tindakan agar keluarga dapat berkumpul pada hari Natal, nanti.
Sejauh ini, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins, angka kematian akibat Corona di Inggris Raya jumlahnya terbesar kelima di dunia, setelah Amerika Serikat, Brasil, India, dan Meksiko. (tvl)