Crispy

Ini Kata Ilmuwan Soal Gempa Magnitudo 7,7 yang Guncang Myanmar dan Thailand

  • Myanmar bukan negara pelanggan gempa meski terletak di batas Lempeng India dan Eurasia.
  • Namun, saat kedua lempeng beraktivitas, gempa dangkal yang merusak bisa terjadi.

JERNIH — Gempa berkekuatan 7,7 baru saja mengguncang Myanmar, menggetarkan Thailand, dan menimbulkan kepanikan di Propinsi Yunan, Tiongkok.

Berikut penjelasan ilmiah di balik gempa yang sejauh ini membunuh 150 orang di Myanmar dan Thailand.

Seberapa Rentan Myanmar Terhadap Gempa

Myanmar terletak di perbatasan antara dua lempeng tektonik dan salah satu negara dengan aktivitas seismik paling aktif di dunia. Namun, gempa besar dan menghancurkan relatif jarang terjadi, terutama di wilayah Sagaing.

Joanna Faure Walker, profesor dan pakar gempa bumi di Univeritas College London, mengatakan batas Lempeng India dan Eurasia membentang kira-kira dari utar ke selatan, membelah bagian tengah Myanmar.

Lempeng-lempeng itu, kata sang profesor, bergerak saling melewati secara horisontal dengan kecepatan berbeda. Gempa geseran lempeng biasanya tidak sekuat gempa di zona subduksi seperti Sumtera, tempat satu lempeng meluncur di bawh lempeng lainnya, gampa itu masih dapat mencapai magnitudo tujuh sampai delapan.

Mengapa Gempa Ini Sangat Merusak

Sagaing telah dilanda gempa dalam beberapa tahun terakhir, dengan gempa berkekuatan 6,8 skala Richter yang menyebabkan 26 kematian dan puluhan lainnya cedera terjadi akhir 2012.

“Namun gempa Jumat 28 Maret mungkin yang terbesar yang melanda Myanmar dalam 75 tahun terakhir,” kata Bill McGuire, pakar gempa lainnya.

Roger Musson, peneliti kehormatan di Survei Geologi Inggris, mengatakan gempa yang dangkal berarti kerusakan lebih parah. Episentrum gempa berada pada kedalaman 10 kilometer, menurut Survei Geologi AS.

“Ini sangat merusak karena gempa dangkal, sehingga gelombang kejut tidak hilang saat bergerak dari pusat gempa ke permukaan. Bangunan-bangunan meneirma kekuatan penuh guncangan,” kata McGuire.

Seberapa Siap Myanmar?

Program Bahaya Gempa Bumi USGS, Jumat 28 Maret, mengatakan korban jiwa dapat mendacapai antara 10 ribu sampai 100 ribu orang, dan dampakekonomi dapat mencapai 70 persen dari product domestic bruto (PDB) Myanmar.

Musson mengatakan perkiraan itu berdasarkan data gempa bumi sebelumnya, ukuran, lokasi,dan kesiapan Myanmar terahadap gempa.

Jarangnya kejadian seismik besar di wilayah Sagaing, yang dekat dengan Mandalay berpenduduk padat, berarti infrastruktur belum dibangun untuk menahannya. Artinya, kerusakan bisa jauh lebih parah.

Gempa besar terakhir yang melanda Sagaing, menurut Musson, terjadi tahun 1956 dan rumah-rumah tidak mungkin dibangun untuk menahan kekuatan seismik sekuat yang terjadi hari Jumat.

“Sebagian besar gempa di Myanmar terjadi di wilayah barat, sedangkan gempa yang baru saja terjadi di wilayah tengah,” katanya.

Back to top button