Ini Upaya Serius Ridwan Kamil Perbaiki Kualitas Lingkungan di Jabar
Pada 2019, IKLH Jabar mencapai 51,64 yang berarti masih dalam kategori kurang baik. Lewat sejumlah inovasi, pada 2020 IKLH Jabar menunjukan perbaikan ke angka 61,59.
JERNIH – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memastikan komitmen serius untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di Jawa Barat, sekaligus melahirkan inovasi untuk mempercepat proses peningkatan kualitas tersebut.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) di provinsi yang ia pimpin dalam dua tahun terus menunjukan grafik perbaikan. Pada 2019, IKLH Jabar mencapai 51,64 yang berarti masih dalam kategori kurang baik. Lewat sejumlah inovasi, pada 2020 IKLH Jabar menunjukan perbaikan ke angka 61,59.
“Tahun lalu naik 10 poin ke angka 61,59 menjadi cukup baik. Kami berharap tahun 2021 bisa naik, menjadi kualitas lingkungan hidup yang lebih baik seterusnya, karena kami memiliki komitmen dan inovasi lingkungan,” katanya dalam keterangannya, Selasa (16/11/2021).
Salah satu upaya memperbaiki kualitas lingkungan ditunjukan lewat menjaga fungsi ekologis di Kawasan Bandung Utara (KBU). “Meski ada kebijakan baru dari pusat, dimana kewenangan pemanfaatan ruang diserahkan ke Kab Kota, provinsi mendorong kab/kota untuk tetap mempertimbangkan Perda KBU,” katanya.
Melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD), pihaknya melakukan pengendalian terhadap pemanfaatan ruang di KBU dari mulai perencanaan, pemanfaatan hingga pengawasan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam setahun terakhir menurutnya menunjukan capaian dan upaya yang signifikan untuk membenahi sejumlah aspek perbaikan lingkungan. Dia merunut mulai dari penurunan tingkat pencemaran di Sungai Citarum dari status cemar berat menjadi cemar ringan pada 2021.
“Salah satu yang kami banggakan. Setelah sebelumnya Citarum dikenal dunia sebagai the dirtiest river in the world, sungai terkotor di dunia kini statusnya dari cemar berat tahun ini menjadi cemar ringan, berkat strategi pentahelic ABCGM, akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media, kita keroyok sama-sama,” tuturnya.
Program Citarum Harum juga melibatkan TNI/Polri hingga penanganan di DAS yang melintasi 13 kabupaten/kota tersebut menjadi lebih efektif dalam mengatasi persoalan krisis lingkungan. Strategi dan pencapaian ini yang membawa Citarum dipresentasikan dan mendapatkan apresiasi di ajang COP26 Glasgow awal November lalu.
“Untuk mengelola 300 kilometer [DAS Citarum], 18 juta penduduk di sekitar DAS Citarum, kami membuat command center menggunakan digital untuk memantau pencemaran, memonitor keamanan, memonitor data dan mengambil keputusan,” katanya.
Jawa Barat juga satu-satunya provinsi yang melahirkan inovasi ecovillage dimana desa-desa yang memegang teguh pelestarian lingkungan hidup. Jumlahnya saat ini sudah mencapai 377 desa dan akan menjadi budaya jangka panjang yang diterapkan di seluruh desa di Jawa Barat. Pihaknya juga berhasil melampaui target keragaman hayati lewat program Taman Hayati yang targetnya 217 hektar kini sudah mencapai 238 hektar. “Alhamdulillah naik 110 persen ke 38 hektar,” ujarnya.
Jawaa Barat juga berhadapan dengan isu lahan kritis. Lewat upaya reforestasi pihaknya menargetkan bisa menanam 50 juta pohon dalam lima tahun, rupanya program ini berjalan progresif dimana dalam tiga tahun sudah bisa menanam pohon sebanyak 40,6 juta pohon atau 80 persen dari target. Program ini diakselerasi menggunakan kampanye digital dimana warga Jawa Barat yang ingin menyumbang pohon bisa mendaftar ke situs Simantri Bibit dan kesadaran warga menanam sendiri.
“Di situ [Simantri Bibit] bisa membeli bibit dan tinggal membayar secara digital. Nanti tim dari kami menanam dan melaporkan pohon itu ditanam di mana. Kalau menanam sendiri bisa melaporkan di aplikasi E-tanam,” tuturnya.
Untuk urusan daur ulang sampah plastik, Jawa Barat juga memiliki inovasi lewat fasilitas mengubah plastik menjadi plastik lewat pendekatan sirkular ekonomi. Fasilitas ini juga ikut dimanfaatkan oleh Provinsi Bali dan Sulawesi, harapan Ridwan Kamil fasilitas ini terbangun di seluruh provinsi di Indonesia.
“Sehingga kita tidak lagi disebut the second biggest polluter of plastic to ocean di dunia setelah China, kita akan buktikan minimal Jawa Barat berkontribusi mengurangi sampah plastik,” katanya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga terus mendorong agar konsep waste to energy bisa segera beroperasi di TPPAS Lulut Nambo, Bogor dan TPPAS Legoknangka, Kabupaten Bandung. Di TPPAS Lulut Nambo menurutnya akan menghasilkan bahan bakar sejenis briket untuk industri semen menggantikan batu bara. Pihaknya juga melakukan penguatan sumber daya air bersih di dua lokasi yakni Waduk Darma, Kuningan dan Situ Ciburuy, Bandung Barat.
Komitmen pihaknya untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) juga diperlihatkan dengan mewajibkan industri untuk mulai beralih pada panel surya. Kebijakan ini nantinya akan ditopang pula lewat pembangunan PLTS apung terbesar di ASEAN yang saat ini tengah dibangun di Waduk Cirata. Sementara itu industri baterai mobil listrik pun sudah mulai diproduksi di Karawang.
“Sehingga [Jawa Barat] Insyaalah terdepan dalam proses mengurangi ketergantungan dari bahan bakar fosil menjadi ramah lingkungan melalui energi baru terbarukan,” paparnya. [*]