Israel Bunuh Empat Jurnalis, Kembali Gempur Rumah Sakit di Gaza

Laporan menyatakan tidak ada lagi tempat aman untuk mengungsi, sehingga memaksa para warga Gaza pergi ke daerah berbahaya lainnya di mana mereka masih mengalami risiko terbunuh.
JERNIH – Israel menyerang Rumah Sakit Nasser dalam dua gelombang, menewaskan empat jurnalis dan melukai puluhan lainnya. Sementara itu, jumlah korban tewas akibat kelaparan mencapai lebih dari 300 orang.
Pengeboman Israel sepanjang hari Senin (25/8/2025) menewaskan sedikitnya 19 warga Palestina, termasuk pencari bantuan dan dua staf Al-Jazeera. Staf tersebut diidentifikasi sebagai fotografer Mohamed Salama dan jurnalis foto Hossam al-Masry, yang tewas selama pemboman Israel di Kompleks Medis Nasser.
Dua jurnalis lainnya, yang diidentifikasi sebagai Mariam Abu Daqqa, yang bekerja untuk The Independent, dan Muath Abu Taha, yang bekerja untuk NBC, juga tewas dalam serangan itu. Kedua jurnalis tersebut ditempatkan di rumah sakit karena layanan konektivitas di tengah seringnya pemadaman dan gangguan.
Sebanyak 14 orang tewas dalam serangan di rumah sakit, termasuk pasien yang sedang mencari perawatan darurat. Puluhan orang terluka dalam pemboman itu, termasuk Hatem Omar, seorang jurnalis foto untuk Reuters.
Kementerian Kesehatan Gaza mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan itu menargetkan lantai empat rumah sakit, sementara serangan kedua menghantam kompleks tersebut tepat saat kru ambulans tiba untuk mengevakuasi korban tewas dan terluka.
Staf di rumah sakit juga mengatakan kepada media lokal bahwa tentara Israel menggunakan “gas yang tidak diketahui” dalam serangan mereka sehingga menyebabkan korban mati lemas. Serangan pada hari Senin juga menargetkan Universitas Terbuka Al-Quds, yang terletak di sekitar Kota Hamad, utara Khan Younis.
Sementara itu, wilayah utara Gaza telah menyaksikan gelombang pengungsian massal lainnya, dengan penduduk terpaksa meninggalkan tempat penampungan dan tenda sementara yang telah mereka tinggali selama beberapa bulan terakhir. Namun, laporan menyatakan tidak ada lagi tempat aman untuk mengungsi, sehingga memaksa para pengungsi pergi ke daerah berbahaya lainnya dengan risiko terbunuh.
Tentara Israel sejak itu mengintensifkan serangannya terhadap Kota Gaza, setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana untuk menduduki daerah tersebut. Laporan media lokal menyatakan bahwa tentara sedang melaksanakan rencana yang akan memaksa penduduk pindah ke selatan di zona konsentrasi.
Menurut Al-Araby Al-Jadeed, media saudara The New Arab yang berbahasa Arab, tentara Israel juga telah menggunakan robot peledak, yang telah digunakan di Jalan Jaffa, yang terletak di sebelah timur lingkungan Tuffah, sebelah timur Kota Gaza.
Pasukan Israel semakin menyasar tempat penampungan dan tenda pengungsian, dengan bom yang merobek dan membakarnya. Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan tenda-tenda terbakar di lingkungan Rimal, Kota Gaza. Perkembangan terkini terjadi ketika jumlah warga Palestina yang meninggal karena kelaparan akibat pembatasan bantuan Israel telah mencapai 300.