Israel Bunuh Tiga Putra Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Hari Idul Fitri
- Ismail Haniyeh menerima kabar itu saat mengunjungi warg Palestina yang terluka dan dirawat di Doha.
- Tiga cucu Ismail Haniyeh juga tewas dalam serangan itu, dan tiga kerabat lainnya terluka serius.
JERNIH — Israel bunuh tiga putra pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan udara Rabu 10 April, saat ketiganya berada dalam mobil untuk mengunjungi kerabat dan merayakan Idul Fitri bersama-sama.
Ketiganya; Hazem, Amir, dan Mohammed, tewas bersama dua cucu Ismail Haniyeh, setelah bom menghantam mobil mereka yang sedang berjalan di kamp Al-Shati, Gaza. Al Mayadeen memberitakan tiga cucu Haniyeh yang tewas adalah Amal, Khaled dan Razan. Usia ketiganya tak diketahui. Tiga keluarga Haniyeh lainnya, juga berada dalam mobil itu, terluka serius.
The Jerusalem Post memberitakan kabar kematian tiga anak Haniyeh disampaikan seorang pejabat diplomatik senior Israel tak mau disebut nama. Pada saat bersamaan ada penolakan luas di Tel Aviv bahwa PM Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan menteri kabinet perang Benny Gantz mengetahui serangan itu.
Tidak jelas, masih menurut surat kabar Israel itu, apakah penolakan itu sah atau apakah PM Netanyahu dan beberapa pejabat lainya mungkin mengetahui pebunuhan itu. Namu kemudian diputuskan bahwa dampak serangan terhadapa perundingan sandera atau teguran AS terlalu tinggi untuk dianggap sebagai sesuatu yang patut dipuji.
Haniyeh, pemimpin Biro Politik Hamas yang berkantor di Doha, ibu kota Qatar, menerima kabar duka di hari Idul Fitri dari asisennya. Sang pemimpin terlibat tegar menerima kabar duka itu dengan memanjatkan doa. Ia masih setia pada jadwal kerjanya, yaitu mengunungi warga Palestina yang terluka dan dirawat di pusat medis di Doha.
Kepada Al Jazeera TV, Haniyeh mengatakan; “Tuntutan kami jelas dan spesifik, dan kami tidak akan memberi konsesi atas tuntutan Israel.” Menurut Haniyeh, Israel berkhayal jika berpikir dengan menargetkan anak-anaknya akan mendorong Hamas mengubah posisi.”
“Darah anak-anak saya tidak lebih berharga daripada darah rakyat kami,” kata Haniyeh, sosok paling keras dalam diplomasi internasional Hamas selama perang di Gaza.
Prajurit Al-Qassam
The Jerusalam Post menulis Israel menargetkan siapa pun anggota Hamas dan sayap militernya; Brigade al-Qassm. Tiga putra Haniyeh diketahui merupakan anggota Brigade al-Qassam.
Tidak diketahui berapa anggot keluarga Haniyeh yang terlibat langsung dalam perlawanan. “Yang pasti, hampir 60 kerabat saya menjadi martir,” kata Haniyeh. “Jadi tidak ada perbedn antara putra saya dan warga Palestina.”
Israel, masih menurut Haniyeh, seolah percaya dengan membunuh anak-anak pemimpin Palestina akan mematahkan tekad rakyat kami. “Kami selalu mengatakan pertumpahan darah hanya akan memperkuat keteguhan kami pada pinsip keterikatan terhadap tanah kami,” ujar Haniyeh.