Just Fontaine, Pencetak Rekor Gol Dalam Sejarah Piala Dunia Meninggal Dalam Usia 89 Tahun
- Just Fontaine muncul bersama Pele di Piala Dunia Swedia 1958.
- Fontaine mencetak 13 gol, rekor yang bertahan sampai saat ini. Pele meraih trofi Piala Dunia.
JERNIH — Just Fontaine, striker legendaris Prancis pencetak rekor gol yang belum terpecahkan sepanjang sejarah Piala Dunia, Rabu 1 Maret meninggal dunia dalam usia 89 tahun.
Fontaine mencetak 13 gol di Piala Dunia Swedia 1958, dan belum satu pun pemain yang menyamai pencapaiannya. Ia melampuai rekor Sandor Kocsis (Hongaria) yang mencetak 11 gol di Piala Dunia 1954.
Tahun 1970, Gerd Mueller hanya bisa mendekati rekor Kocsis dengan sepuluh gol dalam enam pertandingan.
Fontaine mencetak 13 gol dari enam pertandingan, atau rata-rata 2,1 gol setiap pertandingan. Top Scorer Piala Dunia terbaik kedua, dengan rata-rata dua gol dalam setiap pertandingan, dipegang Guilerme Stabile (Argentina), dengan delapan gol dari empat pertandingan
Piala Dunia 1958 adalah yang paling dikenang penggemar sepak bola. Turnamen itu tidak hanya melahirkan Pele, tapi juga mengabadikan Just Fontaine sebagai top scorer sepanjang massa.
Fontaine menggila di setiap laga, dan hanya bisa dihentikan pemain belakang Brasil. Ia menceploskan dua gol, tapi Pele mencetak hat-trick dan Brasil menang 5-2.
Prancis gagal ke final. Di perebutan tempat ketiga Fontaine mencetak empat gol ke gawang Jerman Barat. Ia mengakhiri turnamen dengan 13 gol, sebuah pencapaian yang berusia lebih 60 tahun.
Fontaine adalah bagian trisula maut Prancis. Dua lagi adalah Raymond Kopa dan Roger Piantoni. Namun, Fontaine mungkin tidak akan pernah mencetak sejarah jika salah satu dari Thadee Cisowski dan Rene Bliard cukup fit untuk tampil di Piala Dunia 1958. Bliard adalah rekan setim Fontaine di Reims.
Dalam wawancara dengan AFP tahun 2013, Fontaine bercerita bagaimana dia berangkat ke Piala Dunia 1958 Swedia. “Di bandara, sebelum berangkat ke Swedia, Paul Nicholas — bagian dari staf timnas Prancis — dan pelatih Albert Batteux, keduanya orang yang tidak menginginkan saya, memberi tahu bahwa saya akan bermain sebagai striker,” kenang Fontaine.
Fontaine tidak membuang peluang mencetak gol di setiap pertandingan. Ia mengangkat Prancis ke level tertinggi, tapi tidak dikenang sebagai bintang Prancis. Raymond Kopa, meninggal tahun 2017, yang justru dikenang sebagai pemain terbesar Prancis.
“Raymond Kopa punya karakter,” kata Fontaine. “Saya juga punya karakter. Kita adalah dua ajaib.”
Lahir di Marrakech — protektorat Prancis di Maroko — Agustus 1933, Fontaine bersekolah di Casablanca. Ayahnya asli Prancis, ibunya orang Spanyol. Ia memulai karier di klub lokal Casablanca.
Terpangkas Cedera
Tahun 1953 Fontaine pindah ke Prancis untuk bergabung dengan Nice. Tiga tahun dihabiskan dengan bermain sepak bola dan dinas militer, tapi Fontaine masih bisa memenangkan Piala Prancis pada musim pertamanya tahun 1956.
Dia pindah ke Reims, yang saat itu tim paling kesohor di Prancis. Reims baru saja dikalahkan Real Madrid di Piala Champions, dan harus melepas Kopa ke klub Spanyol itu.
Fontaine memenangkan tiga gelar bersama Reims, plus Piala Prancis. Ia bermain di Piala Champions, dan kembali dikalahkan Real Madrid 2-0 dalam final di Stuttgart.
Karier Fontaine berakhir secara tragis tahun 1962, saat berusia 28 tahun. Dia menderita patah tulang ganda, yang memaksanya absen dua tahun. Meski telah sembuh, dokter menyarankan Fontaine tidak lagi bermain.
Secara keseluruhan Fontaine 21 kali memperkuat timnas Prancis dan mencetak 30 gol. Rekor ini juga belum bisa dilampaui siapa pun di Prancis.
Fontaine beralih menjadi pelatih, dan menangani timnas Prancis. Kariernya berakhir tragis. Setelah dua laga tanpa kemenangan, Fontaine dipecat.
Namun karier melatihnya bersama Paris St Germain luar biasa hebat. Ia membawa Les Parisien ke papan atas tahun 1974.
Ia kembali tempat kelahirannya dan memimpin timnas Maroko ke Piala Afrika 1980. Tim yang dipimpinnya hanya sampai tempat ketiga. Dia pensiun, kembali ke Toulouse, di barat daya Prancis.
Fontaine telah tiada, tapi akan selalu dikenang sebagai mesin gol paling produktif dalam Piala Dunia.