Crispy

K-Pop tanpa Orang Korea, Gimana Tuh?

  • Kelak, K-Pop tidak lagi didefinisikan sebagai musik yang dibuat orang, atau perusahaan, Korea.
  • Sebab, kelak akan muncuk istilah JK-Pop, atau K-Pop Jepang, dan mungkin CK-Pop, atau K-Pop Cina.
  • Orang Korea boleh saja tidak setuju, tapi K-Pop terlanjur telah menjadi milik dunia.

Seoul — K-Pop adalah kependekan Korea Pop. Jadi, K-Pop adalah boyband atau girlband yang anggotanya orang Korea. Bagaimana jika K-Pop tanpa Korea?

JYP Entertainment, label rekaman Korea Selatan (Korsel), baru saja meluncurkan girlband NiziU, yang seluruh personelnya gadis Jepang. Tahun 2017 sebuah label rekaman Korsel memunculkan EXP Edition, yang seluruh anggotanya orang AS.

Ini soal penetrasi ke pasar internasional. Pelaku industri K-Pop mulai melirik bakat-bakat dari luar yang bersedia mengidentifikasi diri dengan K-Pop, dan tampil seperti layaknya artis Korea.

Yang kita ketahui tentang K-Pop adalah artis yang membawakan berbagai genre musik, dengan penekanan pada koreografi.

Pengamat K-Pop di Korsel mengatakan banyak perusahaan manajemen hiburan di berbagai negara mencoba masuk ke pasar internasional, dengan mengdopsi kesuksesan artis Korea. Pasar hiburan internasional diasumsikan menginginkan artis yang dapat tampil seperti bintang K-Pop.

Di kalangan industri K-Pop muncul kekhawatiran terjadi kejenuhan pasar internasional akan artis Korea. Pelaku industri K-Pop mencoba menampilkan artis non-Korea yang memainkan gaya K-Pop.

Tidak semua orang menyambut baik gagasan ini. Beberapa mempertanyakan apakah artis non-Korea bisa disebut grup K-Pop?

Ketika NiziU menjadi berita utama di Korea, Juli 2020 lalu, banyak orang tidak mengakui kelompok ini sebagai K-Pop. Alasannya, NiziU tidak hanya bukan orang Korea, tapi menyanyikan Make You Happy, lagu berbahasa Jepang.

Di Jepang, NiziU bikin heboh dengan berada di puncak tangga musik, tapi orang Korea menolak mengakuinya sebagai prestasi bintang K-Pop. Orang Korea juga bersikap dingin kepada Park Jin-young, produser JYP, yang menggunakan formula K-Pop untuk pasar J-Pop.

Alasan

Lee Gyu-tag, profesor antropologi budaya George Mason University of Korea, mengatakan K-Pop telah menjadi kebanggaan nasional Korea dan orang Korea tidak ingin label musik mengalihkan musik mereka ke tempat lain.

“Ironisnya, antipati publik Korea terhadap K-Pop non-Korea bermula dari ketakutan tindakan ini akan melampaui grup K-Pop asli, yang beranggotakan satu atau dua orang Korea,” kata Profesor Lee kepada Korea Times.

“Itu menunjukan orang Korea masih tidak terlalu percaya diri akan musik dan budaya mereka,” lanjutnya.

Pelaku industri, menurut Profesor Lee, telah mengekspor pengetahuan mereka untuk sukses selama bertahun-tahun. Di kalangan publik Korea muncul kekhawatiran kreativitas K-Pop dicuri, dan lupa bahwa K-Pop adalah campuran musik Amerika dan Jepang.

“Jadi, K-Pop tidak sepenuhnya orisinil,” kata Profesor Lee.

Kekuatan K-Pop terletak pada beberapa fitur unik, seperti koreografi yang apik, gaya riasan yang khas, dan sistem pelatihan khusus. Dunia mengakui semua ini sebagai keunggulan kompetitif K-Pop. Jadi, tidak ada yang perlu dicemaskan orang Korea.

Penolakan terhadap K-Pop non-Korea tidak hanya terjadi di tempat kelahiran industri ini, tapi juga di AS. Patty Ahn, profesor komunikasi di University of California yang mempelajari budaya K-Pop, mengatakan orang kulit hitam menolak K-Pop non-Korea.

“Alasannya, orang kulit hitam cenderung mengembangkan hubungan emosional dengan buaya Korea ketika masuk ke K-Pop,” katanya.

Ketertarikan orang kulit hitam pada K-Pop, lanjut Ahn, secara bertahap membuat mereka mempelajari Bahasa Korea dan menonton drama Korea. Jadi, ketika budaya Korea terhapus dari K-Pop, mereka mengalami disorientasi dan terganggu.

Masa Depan

Meski demikian, Profesor Lee dan Ahn sepakat ide K-Pop non Korea akan menyebar ke seluruh dunia.

“Kami akan melihat grup serupa bergerak mengembangkan diri,” kata Ahn. “Pelaku industri K-Pop akan dikenal dengan fleksibilitasnya.”

Lebih menarik lagi, masih menurut Ahn, pelaku industri K-Pop akan bereksperimen mengambil risiko, beradaptasi, menyesuaikan, dan mencoba lagi.

“Namun sulit memprediksi band-band ini akan membuat percikan internasional seperti BTS dan BlackPink,” kata Ahn.

Band-band itu bisa saja menaklukan Jepang, dan negara-negara yang menggunakan Bahasa Mandarin. Ketika memasuki pasar AS, grup-grup ini akan menghadapi tantangan tersendiri karena rasisme.

Profesor Lee mengatakan suara artis K-Pop tanpa orang Korea kelak akan dikategorikan berbeda. Hip hop Korea, misalnya, sangat berbeda dengan hip hop yang lahir di AS, sehingga sering kali masuk dalam kategori terpisah.

“Musik dan aksi panggung ini juga akan mendapatkan nama baru, seperti JK-Pop atau K-Pop Jepang, atau CK-Pop atau K-Pop Cina,” kata Profesor Lee.

Jadi, K-Pop kelah tidak boleh lagi didefinisikan sebagai musik yang dibuat orang, atau perusahaan, Korea. Definisi barunya harus didasarkan pada gaya, yang mencakup aspek genre, mulai dari industri hingga visual.

Untuk orang Indonesia, bolehlah kita bertanya-tanya mungkinah ada IK-Pop, atau K-Pop Indonesia.

Back to top button