Ad5-nCoV, yang dikembangkan ilmuwan militer Cina yang dipimpin Mayor Jenderal Chen Wei dan perusahaan farmasi CanSino yang berbasis di Tianjin, adalah salah satu pelari terdepan dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19.
Oleh : Josephine Ma
JERNIH—Pemerintah Kanada telah membatalkan perjanjian pengembangan vaksin Covid-19 dengan perusahaan farmasi Cina, CanSino dengan alasan penundaan pengiriman obat. Sebelumnya hal itu dibantah perusahaan farmasi Cina tersebut.
Awal pekan ini CanSino membantah bahwa kolaborasi itu telah dibatalkan. Tetapi Dewan Riset Nasional (National Research Council), sebuah badan yang didanai pemerintah Kanda, menegaskan bahwa uji klinis kandidat vaksin Ad5-nCoV tidak akan dilanjutkan. Menanggapi pertanyaan yang muncul, Dewan mengatakan hal tersebut diakibatkan keterlambatan pengiriman dosis kandidat vaksin tersebut.
“Karena keterlambatan pengiriman dosis kandidat vaksin CanSino Covid-19 ke Kanada, dan karena CanSino kini telah menyelesaikan uji klinis fase 1 dan fase 2 di tempat lain, peluang khusus ini telah berakhir,” kata seorang juru bicara Dewan tersebut. “NRC memfokuskan tim dan fasilitasnya pada prioritas Covid-19 lainnya.”
Dewan tersebut menandatangani kesepakatan dengan CanSino untuk melakukan uji coba fase 1 pada bulan Mei. Pada Kamis (27/8), CanSino yang terdaftar di Hong Kong mengajukan pernyataan ke bursa saham, menyangkal bahwa kesepakatan dengan Kanada telah runtuh menyusul laporan media massa.
Ad5-nCoV, yang dikembangkan oleh ilmuwan militer Cina yang dipimpin Mayor Jenderal Chen Wei dan perusahaan farmasi CanSino yang berbasis di Tianjin, adalah salah satu pelari terdepan dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19.
Dewan Riset Nasional mengatakan telah mengalihkan fokusnya ke kolaborasi dengan mitra mereka di Amerika Utara dan bekerja dengan VBI yang berbasis di Massachusetts serta Pusat Vaksin Internasional-Lembaga Penyakit Menular Universitas Saskatchewan.
“Kami juga secara aktif melakukan diskusi dengan mitra lain untuk berkolaborasi pada kandidat vaksin lain dan akan mengumumkan kolaborasi ini setelah dikonfirmasi,” kata pernyataan resmi Dewan.
Fase pertama uji coba awalnya dijadwalkan awal Juni, tetapi pengiriman vaksin CanSino ditolak izinnya.
“Setelah penandatanganan, Pemerintah hina memperkenalkan perubahan proses pengiriman vaksin ke negara lain. Prosesnya tidak jelas bagi NRC, tetapi CanSino tidak memiliki kewenangan untuk mengirimkan vaksin saat ini,” kata Dewan tersebut.
Masih belum jelas apakah ketegangan politik antara kedua negara memiliki peran dalam penundaan di bea cukai Cina, yang telah menyetujui pengiriman vaksin CanSino untuk uji coba di negara lain. Namun Dewan menekankan, kesepakatan itu telah disetujui oleh pemerintah Cina, dengan mengatakan: “Perjanjian antara NRC dan CanSino telah ditinjau sebelum ditandatangani oleh kolaborator CanSino di Pemerintah Cina – Institut Teknologi Beijing dan Kementerian Sains dan Teknologi, yang telah memberikan dana ke CanSino.”
Pemerintah Cina belum mengeluarkan pengumuman tentang perubahan persyaratan pengiriman vaksin, sementara bea cukai negara itu tidak menanggapi pertanyaan tentang alasan penundaan.
Pada Selasa lalu The Globe and Mail melaporkan bahwa Kepala Eksekutif CanSino Xuefeng Yu telah mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa penundaan birokrasi adalah penyebab penundaan tersebut. Tetapi pernyataan perusahaan pada hari Kamis membantah pernyataan tersebut dengan mengatakan tidak ada eksekutif mereka yang berbicara kepada pers. CanSino tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Uji coba fase tiga untuk Ad5-nCoV sekarang sedang berlangsung di Arab Saudi dan Rusia. Militer Cina telah menyetujui penggunaan kandidat vaksin pada personel angkatan bersenjata. [South China Morning Post]