Crispy

Karena Twitter, Juru Dakwah Saudi Hadapi Hukuman Mati

Tahun lalu, kerajaan mengeksekusi 147 orang, termasuk eksekusi massal 81 orang dalam satu hari, menurut sebuah organisasi Hak Asasi Manusia. Kelompok yang berbasis di Jerman itu mengatakan setidaknya 61 orang menghadapi hukuman mati per Desember 2022. Beberapa kelompok keagamaan khawatir para tahanan, termasuk Al Qarni, Omari dan Odah, akan disapu dalam eksekusi massal.

JERNIH–Awad Al-Qarni, seorang juru dakwah terkemuka di Arab Saudi menghadapi ancaman eksekusi mati oleh pengadilan pemerintah setempat. Dalam dokumen pengadilan disebutkan bahwa tuduhan yang didakwakan kepadanya termasuk penggunaan akun media sosial dan aplikasi pertukaran pesan, seperti misalnya WA dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia.

Dalam dokumen pengadilan yang dilihat The Guardian, disebutkan bahwa Awad al-Qarni (65) telah “mengakui” menggunakan akun Twitter atas namanya “di setiap kesempatan… untuk mengungkapkan pendapatnya”.

Qarni ditangkap pada 2017 lalu dalam tindakan keras terhadap para pengkhotbah, akademisi, jurnalis, para pebisnis, dan lainnya di negeri tersebut. Tuduhan terhadapnya juga termasuk pembuatan akun Telegram dan berbagi berita yang dianggap “bermusuhan” dengan kerajaan dalam obrolannya di WhatsApp.

Selain itu, profesor hukum itu pun dituduh telah memuji gerakan Ikhwanul Muslimin dalam sebuah video. Middle East Eye menulis, pengakuan selama interogasi di penjara Saudi sering dilakukan setelah penyiksaan dan penganiayaan berat.

Setahun setelah penangkapannya, jaksa penuntut umum meminta Qarni menghadapi hukuman mati bersama Salman Odah dan Ali al-Omari. Qarni, Omari dan Odah adalah tokoh agama dan media independen dengan banyak pengikut di kalangan pemuda Arab Saudi dan tanah Arab.

Pemerintah Saudi telah dituduh oleh kelompok hak asasi manusia melakukan tindakan keras yang meluas terhadap perbedaan pendapat dan kebebasan berekspresi. Penindasan meningkat sejak Mohammed bin Salman (MBS) menjadi putra mahkota dan penguasa de-facto kerajaan itu pada musim panas 2017. Sementara sampai saat ini para pejabat Saudi selalu mengatakan kerajaan tidak memiliki tahanan politik.

Terlepas dari janji pemerintah untuk mengurangi hukuman mati, peningkatan jumlah eksekusi baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok hak asasi manusia. Tahun lalu, kerajaan mengeksekusi 147 orang, termasuk eksekusi massal 81 orang dalam satu hari, menurut Organisasi Hak Asasi Manusia.

Kelompok yang berbasis di Jerman itu mengatakan setidaknya 61 orang menghadapi hukuman mati per Desember 2022, menambahkan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan lebih tinggi. Beberapa kelompok keagamaan khawatir para tahanan, termasuk Qarni, Omari dan Odah, akan disapu dalam eksekusi massal.

Nasser al-Qarni, putra Awad, melarikan diri dari negara itu tahun lalu dan mencari suaka di Inggris, setelah pejabat Saudi mengancamnya dengan penjara atau eksekusi jika dia berbicara tentang ayahnya.

“Kami, di Arab Saudi, telah menggunakan segala cara untuk membebaskan ayah saya dan menghentikan penindasan yang dialaminya, tetapi tidak berhasil,” kata Nasser pada Oktober 2022 lalu. “Negara saya telah gagal, tidak hanya dalam hal hak asasi manusia tetapi di semua bidang, sosial, ekonomi, dan politik.” [The Guardian/Middle East Eye]

Back to top button