Ke Kazakhstan, Indonesia Mencari Ilham
ASTANA—Jangan pernah berpikir negeri ini terlalu inward looking alias hanya melihat ke sekujur untuk mencari inspirasi. Untuk membangun ibukota baru di Kalimantan sebagaimana rencana, Indonesia bahkan mencari isnpirasi sampai ke Astana, ibukota baru Kazakhstan.
Berdasarkan berita dari situs nasional Kazakhstan, Caspian News, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia Basuki Hadimuljono hadir pada pertemuan United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Global Summit on Urban Tourism di Nur-Sultan, Kazakhstan. Salah satu target disebut-sebut Indonesia mencari inspirasi dari Astana, ibu kota baru Kazakhstan.
Laman itu menulis bahwa kemungkinan besar Indonesia memang mencari inspirasi untuk ibu kota baru yang tengah dipersiapkan. “Pemerintah Indonesia mungkin sedang berupaya mencari inspirasi dari ibu kota Kazakhstan, Nur-Sultan ketika bersiap memindahkan ibu kota dari Jakarta,” tulis Caspian News.
Apalagi secara eksplisit Menteri Basuki pun menegaskan hal itu sebagai salah satu tujuan kedatangan dirinya dan rombongan. “Kami di sini untuk mempelajari model Nur-Sultan. Karena seperti yang telah kami katakan, ini adalah contoh terbaik untuk memindahkan ibu kota,” ujar Menteri Basuki di hadapan para delegasi United Nations World Tourism Organization (UNWTO) Global Summit on Urban Tourism di Nur-Sultan, Kamis 10 Oktober lalu, sebagaimana ditulis Inbusiness.
“Presiden Jokowi meminta saya untuk datang ke Nur-Sultan untuk mempelajari pengalaman ini, dan berkat wali kota Nur-Sultan, kami akan melakukan diskusi yang sangat terperinci dengan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proses ini,” kata Basuki.
Kazakhstan pekan-pekan lalu memang menggelar acara bertajuk “Smart Cities, Smart Destinations” dari tanggal 9-12 Oktober 2019. Kota itu menyambut lebih dari 600 pejabat dan profesional di bidang manajemen perkotaan dari seluruh dunia. Pertemuan berfokus pada keberlanjutan, aksesibilitas, manajemen perkotaan, inovasi dan teknologi, serta pentingnya menyertakan pariwisata dalam agenda kota yang lebih luas.
Menyusul pengumuman pemerintah tahun ini seputar rencana untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur, pada 3 Oktober lalu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat meluncurkan kontes desain untuk ibu kota baru tersebut. Kompetisi menawarkan total hadiah lebih dari 350 ribu dolar AS untuk lima pemenang yang menghasilkan konsep terbaik untuk “kota hutan yang cerdas.”
Indonesia tampaknya berharap dapat belajar dari pengalaman yang dialami Kazakhstan tahun 1990-an. Pemerintah Kazakhstan saat itu merupakan negara yang baru merdeka dari bekas Uni Soviet, yang mengambil langkah berisiko dengan memindahkan ibu kota dari Almaty yang terletak di sudut tenggara negara itu ke Akmola. Belakangan Akmola berganti nama menjadi Astana, kota kecil di bagian utara-tengah negara itu dengan hanya 284.000 penduduk tahun 1998.
Nursultan Nazarbayev, presiden pertama Kazakhstan, negara dengan ekonomi terkaya di Asia Tengah, telah memulai proyek pemindahan ibu kota itu. “Jika saya pernah memiliki keraguan, para sekutu saya akan mulai ragu juga, sehingga tidak ada yang akan terjadi,” kata Nazarbayev dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Russia 24. “Pada awalnya mereka bahkan berpikir bahwa saya sedang bercanda.”
Terletak di dataran stepa utara Asia Tengah, Kota Nur-Sultan sebelumnya dikenal sebagai Astana. Nama Nur-Sultan disematkan bulan Maret 2019 untuk menghormati Nazarbayev, yang mengundurkan diri dari kekuasaan setelah hampir 30 tahun menjabat. Meskipun terkenal dengan cuaca buruk, pemerintah Kazakhstan tetap meluncurkan proyek mega-konstruksi untuk memindahkan ibu kota.
Astana dibangun dari nol dengan partisipasi lebih dari 40 arsitek dari Amerika Serikat, China, Rusia, Jerman, dan Jepang. Akibatnya, selama 20 tahun terakhir, kota itu telah berubah hingga tak dapat dikenali lagi, ketika bangunan-bangunan baru yang sangat modern menyisiri tepi kiri Sungai Ishim, yang membagi kota itu menjadi dua bagian.
[caspiannews/matamatapolitik]