Crispy

Kecerdasan Buatan Masuk Wall Street, 6,14 Juta Tenaga Kerja Terancam

New York — Teknologi artificial intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, segera memasuki industri keuangan Wall Street, dan mengancam 6,14 juta tenaga kerja di sektor bisnis ini.

Peringatan itu disampaikan Dr Marcos Lopez de Prado, profesor di Cornell University’s School of Engineering, di depan Komite Jasa Keuangan Kongres AS, Jumat 7 Desember 2019 lalu. Dr Marcos hadir dalam dengar pendapat itu untuk dimintai pandangannya mengenai dampak AI di pasar digital.

Menurut Dr Marcos, perusahaan teknologi mulai mendistribusikan data, dan melakukan crowdsourcing pekerjaan analis data lewat turnamen khusus. Akibatnya, setiap tantangan investasi dapat diselesaikan sepasukan ilmuwan data tanpa latar belakang keuangan.

“Akibatnya, pekerjaan dengan bayaran tertinggi di sektor keuangan berisiko tergantikan oleh robot,” ujar Dr Marcos.

Asset Manager, lanjutnya, dapat melakukan crowdsource seluruh fungsi penelitian mereka. Perusahaan asuransi dapat melakukan hal sama dengan model aktuaria yang biasa digunakan.

Financial Machine Learning, atau Financial ML, akan membuat 6,14 juta tenaga kerja di sektor keuangan dan asuransi terancam. “Bukan karena tenaga kerja itu digantikan mesin, tapi tidak terbiasa bekerja dengan algoritma,” kata Dr Marcos.

Tidak hanya Dr Marcos yang menyuarakan keprihatinan, beberapa profesor dan praktisi industri keuangan menyuarakan hal serupa. Namun, tidak sedikit pakar yang mengatakan kehadiran AI di industri keuangan membuka banyak peluang.

Pertanyaannya, apakah orang siap berubah ketika AI memaksa industri keuangan membentuk kembali ketrampilan tenaga kerja-nya?

Rebecca Fender, direktur senior Future of Finance at the CFA Institute, mengatakan banyak tenaga kerja sektor keuangan berharap terjadi perubahan signifikan dalam lima atau sepuluh tahun ke depan.

CFA adalah asosiasi profesional di bidang investasi, dan Rebecca Fender berinteraksi dengan orang-orang industri keuangan setiap hari. Menurutnya, ada tiga pern yang mungkin hilang akibat kehadiran AI, yaitu agen penjualan, pedagang, dan analis kinerja.

Kirsten Wegner, CEO Modern Markets Initiative, mengatakan pemerintah seharusnya mendorong transformasi menuju otomatisasi, bukan menghambatnya. Kehadiran AI akan membuka pintu bagi profesional di bidang teknologi.

“Ada banyak peluang kerja ketika AI masuk industri keuangan,” kata Wegner. “Orang akan butuh pengkodean, keamanan siber, penyimpanan dan manajemen data, pelaraan kuantitatif, dan vertikal teknologi lainnya.”

Back to top button