Kematian Akibat Covid di Brasil Meningkat namun Bolsonaro Tolak Lockdown
Bolsonaro juga sempat menyatakan tidak ingin divaksinasi Covid-19, yang mendorong sentimen antivaksin meningkat.
JERNIH-Meskipun angka kematian warga Brasil akibat Covid-19 mendekati angka 400 ribu, namun Presiden Brasil Jair Bolsonaro menolak menerapkan lockdown di negaranya.
Bolsonaro juga menganggap enteng bahaya Covid-19, ia bahkan menghindari pemakaian masker dan mendorong solusi yang belum terbukti.
“Kami tidak akan menerima politik tinggal di rumah dan menutup semuanya. Tidak akan ada penutupan nasional,” tegas Presiden Bolsonaro dalam pidatonya di Kota Chapeco, awal bulan ini seperti dilansir Al Jazeera.
Bahkan, pekan lalu ia mengancam akan mengerahkan tentara untuk memulihkan ketertiban, jika tindakan penguncian yang dilawannya menimbulkan kekacauan.
“Kebijakan lockdown itu, karantina, tidak masuk akal. Jika kita memiliki masalah, kita memiliki rencana bagaimana bertindak. Saya adalah kepala tertinggi angkatan bersenjata,” kata Bolsonaro. Baginya penguncian akan memperburuk kelaparan.
Pada Rabu (28/4/2021) kemarin Kementerian Kesehatan melaporkan 3.163 kematian baru akibat Covid-19 dalam 24 jam. Sehingga, seluruh angka kematian menjadi 398.185 kasus.
Kementerian Kesehatan Brasil juga mengkonfirmasi 79.726 kasus virus korona baru yang dikonfirmasi, sehingga Brasil kini memiliki total 14.521.289 kasus COVID-19.
Selama beberapa bulan terakhir krisis Covid-19 semakin merajalela di Brasil. Bahkan pemerintah telah berusaha mengganti menteri kesehatan untuk mengatasi Covid-19 dinegara
Pada maret lalu Bolsonaro mengumumkan penunjukan menteri kesehatan yang baru, Marcelo Queiroga, ahli penyakit jantung untuk menjadi pemimpin baru dalam perang menghadapi pandemi COVID-19 pada Maret lalu. Selama pandemi Covid-19 Brasil sudah berganti empat menteri kesehatan
Berturut-turut menteri kesehatan selama pandemi adalah Luiz Henrique Mandetta, Nelson Teich dan Eduardo Pazuello.
Meskipun para menteri kesehatan itu pilihan Bolsonaro, namun keempatnya mempunyai perbedaan pandangan dengan Bolsonaro terkait penanganan Covid-19. Akibatnya mereka dicopot dari jabatannya oleh Bolsonaro. (tvl)