Crispy

Kematian Misterius 350 Gajah di Botswana, Membingungkan Ilmuwan

GABORANE — Lebih dari 350 ekor gajah yang mati di Botswana tanpa diketahui sebabnya telah membingungkan para ilmuwan. Peristiwa tersebut digambarkan sebagai bencana ‘konservasi’ yang misterius.

Kematian gajah yang tidak lajim itu pertama kali dilaporkan pada bulan Mei ketika 167 ekor mati dalam waktu singkat di habitat satwa liar Delta Okavango, yang merupakan darah rawa yang rimbun.

Pada pertengahan Juni, jumlah kematian meningkat hampir dua kali lipat. Menurut sumber setempat,  70 persen kasus kematian terjadi disekitar kubangan air.

Sejauh ini upaya penyelidikan kematian gajah-gajah tersebut belum dilakukan oleh pemerintah Botswana. Namun diperkirakan kematian itu disebabkan racun atau patogen.

Guardian melaporkan bahwa kematian tersebut menimpa gajah-gajah di segala usia. Menurut para saksi mata, sebelum mati gajah-gajah itu berjalan berputar-putar. Hal tersebut menunjukan kemungkinan adanya gangguan neurologis.

“Jika melihat bangkainya, beberapa dari mereka jatuh tersungkur, menunjukkan mereka mati sangat cepat. Yang berkeliaran lainnya mati lebih lambat. Jadi sangat sulit untuk mengatakan racun apa ini, “kata McCann.

Berdasarkan peringatan Elephants Without Borders, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Botswana, diketahui tahun jumlah perburuan liar meningkat di Botswana. Sedikitnya 385 gajah terbunuh dari 2017 hingga awal Oktober 2018.

Namun  kematian gajah yang diduga dilakukan oleh para pemburu liar dengan  mengggunakan sianida dikesampingkan, karena gading gajah yang mati sebagai incaran berharga ternyata masih utuh.

“Sejauh ini, petugas kedokteran hewan telah mengesampingkan kemungkinan perburuan liar karena semua bangkai gajah ditemukan utuh,” kata Oduetse Koboto, penjabat sekretaris tetap untuk kementerian pariwisata Botswanan seperti dilaporkan Phys Org

Demikian pula dengan penggunaan racun sianida juga diabaikan, karena dampak dari sianida akan membuat hewan lain keracunan. Sedangkan menurut berita lokal, beberapa burung nazar yang memakan bangkai gajah tidak menunjukan gejala keracunan.

Namun -burung nazar yang mengerubungi bangkai gajah jumlahnya sedikit,  sehingga penduduk menduga ada sesuatu diluar kewajaran yang menyebabkan gajah-gajah itu mati. Menurut mereka, kemungkinan oleh Covid 19 juga bisa terjadi.  

Direktur konservasi di National Park Rescue,Dr Niall McCann, kepada Guardian menyatakan bahwa secara signifikan dirinya belum mengetahui penyebab kematian masal tersebut.  

“Ini adalah kematian massal pada tingkat yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat-sangat lama. Selain oleh kekeringan, saya tidak tahu penyebab kematian yang signifikan ini” kata  McCann

McCann mengatakan kepada Guardian bahwa kematian gajah-gajah tersebut merupakan bencana konservasi, dan negara gagal melindungi sumber dayanya yang paling berharga.

Para ilmuwan telah mendesak pemerintah menguji hewan-hewan tersebut untuk memastikan mereka tidak menimbulkan risiko bagi kehidupan manusia.

“Kami mengetahui gajah-gajah yang sekarat. Dari 350 hewan, kami telah mengkonfirmasi 280 dari hewan-hewan itu. Kami masih dalam proses mengkonfirmasi sisanya. ‘ Kata Dr Cyril Taolo, direktur Departemen Margasatwa dan Taman Nasional Botswana.

Larangan berburu yang dicabut

Populasi gajah di Afrika secara keseluruhan menurun karena perburuan liar, namun di Botswana populasi gajah justru terus bertambah.

Meningkatnya populasi gajah karena mantan Presiden Botswana Ian Khama sempat mengeluarkan larangan perburuan gajah pada 2014.

Tahun lalu National Geographic melaporkan bahwa populasi gajah di Botswana merupakan sepertiga dari populasi gajah di Afrika dan yang terbesar di dunia. Sebanyak 130.000 gajah-gajah afrika telah menghuni Botswana sebagai rumah mereka.

Sedangkan populasi Gajah yang menghuni kawasan Delta Okavango sekitar 15.000 ekor dan keberadaanya telah menjadi daya tarik wisata, yang menyumbang 12 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Botswana .

Karena populasi gajah semakin meningkat, menyebabkan terjadi konflik antara binatang besar itu dengan petani.  Maka Presiden Mokgweetsi Masisi pada 2019 mencabut larangan itu dan mengizinkan perburuan gajah dengan aturan . Namun musim perburuan gajah yang direncanakan tahun ini terpaksa batal karena pandemi. [ ]

Back to top button