Ken Setiawan Mantan Komandan NII: Jangan Salah Pilih Guru Agama
LAMPUNG- Banyak anak muda yang tadinya toleran berubah jadi intoleran dan radikal hanya karena salah memilih guru. Intoleransi adalah pintu gerbang radikal dan terorisme.
Ken Setiawan, Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, mengingatkan pentingnya belajar agama dengan benar, dengan memilih kiai atau guru yang jelas kemampuan ilmunya dan memiliki akhlak yang baik. Tidak suka menghujat bahkan melarang orang lain mengeluarkan kata-kata kotor caci maki terhadap pemerintah dan pemimpin.
“Pilihlah guru agama yang tidak menyalahkan amaliah orang lain sekaligus menganggap paham amaliahnyalah yang paling benar sendiri” Ken juga menambahkan “Kalau ada orang beragama mengajarkan radikalisme, misalnya ahlak yang buruk, dengan hujatan, caci makian wajib kita kritisi dan jangan di ikuti. Karena teladan umat Islam nabi Muhammad diturunkan ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak,”
Ken kemudian mengingatkan agar semua elemen bangsa Indonesia ikut mengkampanyekan pada masyarakat agar mempelajari agama secara paripurna (menyeluruh) kepada para ahlinya.
Baca juga: Ken Setiawan Mantan Komandan NII: Begini Cara Rekrutmen Kelompok Radikal Teroris
“Banyak orang bahkan kelompok yang memahami Pancasila dengan cara salah. Mereka menganggap Pancasila sebagai taghut/ berhala kemudian juga menganggap demokrasi sebagai hal yang haram. Padahal kelompok-kelompok ini hanya bisa ada di negara demokrasi”.
Ken menyampaikan himbauan ini dalam Sarasehan Mencegah Paham Radikalisme dan Intoleransi dalam Kehidupan Beragama dan Bermasyarakat di Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah.
Menurut Ken, Agama sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama, manusia akan lebih bijak menyikapi sesuatu.
“Kini ada pihak yang sengaja mencampur adukan persoalan agama dan negara. Bencana yang menimpa suatu negara dianggap sebagai dampak dari negara yang tidak menggunakan konsep hukum agama”.
Juga semakin banyak muncul kelompok yang merasa sebagai orang Islam maka negaranya harus berubah menjadi negara Islam dengan menerapkan aturan dan ajaran Islam. Dan jika orang Islam menolak negara Islam/ Khilafah Islam dianggap taghut/ kafir.
“Bahkan sampai dalam tahap mengkafirkan orang lain bila tidak bergabung dalam kelompoknya. Akhirnya mereka menyalahkan negara dan Pancasila karena dinilai produk manusia yang melawan hukum agama Islam”.
Ken khawatir gerakan mereka yang semakin massif dalam masyarakat.
“Saat ini kita sudah terancam dan terkepung dengan paham radikal, mereka sangat masif dan kita sudah gampang diadu domba antar suku, antar agama, bahkan yang se agama saja kita sering ribut mempermasalahkan persoalan kecil.
Masyarakat, Kata Ken mengingatkan, agar mengenali modus perekrutan gerakan radikal. Masyarakat harus berani menolak dengan tegas bila mulai diajak ikut kajian yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kajian-kajian eksklusif ini sering menyasar kalangan muda terutama para pelajar dan mahasiswa.
“Saatnya kita bangkit dan tumbuhkan nasionalisme. Kita bentengi keluarga dari ancaman-ancaman di sekitar kita,”. Lanjut Ken Banyak pelajar dan mahasiswa yang memiliki otak cerdas namun rapuh dasar ilmu agama, dengan gampang direkrut kelompok radikal”.
Agama dan kitab suci tidak salah, Kata Ken, tapi tidak semua orang yang mengaku beragama dan membawa kitab suci itu benar.
Ken juga membagikan NII Crisis Center dengan Hotline Pengaduan masyarakat di whatsapp 0898-5151-228. Ia berjanji akan membantu jika ada keluarga atau orang di sekitarnya diidentifikasi terpapar radikal.
Hadir dalam acara sarasehan, Kapolres Lampung Tengah AKBP I Made Rasma, S.IK, anggota Dewan, Camat, Kepala Kampung, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat Lampung Tengah.
(tvl)