Kerala, ‘Komunis’ India Yang Sigap Tangani Corona
KERALA — Beberapa bulan sebelum diresmikannya rumah sakit khusus COVID-19 terbesar di dunia yaitu Sadar Patel Covid Care Centre & Hospital di New Delhi India, salah satu negara bagian di sana telah lebih dulu melakukan langkah-langkah sigap tangani corona.
Kebijakan mereka disebut-sebut dapat menjadi contoh baik bagaimana menangani pandemi ini.
Adalah Kerala, negara bagian Republik India yang penanganan virus corona-nya dianggap salah satu yang terbaik di India. Wilayah dengan luas 38.843 km2 terletak di sebelah barat daya India.
Kerala yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah barat dan selatan ini memiliki jumlah penduduk 34.532.726 jiwa menurut sensus 2017. Daerah ini berada dalam pengaruh kuat Partai Komunis India atau Communist Party of India (CPI).
Negara bagian ini melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada 27 Januari 2020 yang merupakan kasus pertama di India.
Sebuah video yang dirilis jaringan media Al Jazeera, AJ+, pada 24 Juni 2020 menyatakan bahwa pada akhir Mei angka kematian akibat corona di Amerika Serikat melampaui 100 ribu kasus.
Sementara itu, di Kerala, sebuah negara bagian yang jumlah penduduknya setara jumlah penduduk New York ditambah Georgia plus Alabama, hanya melaporkan 7 kasus kematian.
Selain karena mereka telah berpengalaman menangani wabah semacam H1N1 (flu babi) pada 2009 serta NiV (virus Nipah) pada 2018 sebelumnya, sistem sosial-demokrasi yang sejak lama dianut pemerintah di sana pun dinilai membuat segalanya lebih baik.
“Adanya rasa keberamaan, kesiapsiagaan, perasaan bahwa kami pernah mengalami hal semacam ini sebelumnya. Kami bisa melakukannya lagi’,” ungkap Dr. Aju Methew, seorang Epidemolog asal Kochi, Kerala.
Sejak mendengar bahaya SARS-CoV-2 pada awal Januari 2020, meski belum terdapat satu pun kasus positif, Menteri Kesehatan Kerala, K. K. Shailaja, segera membentuk tim khusus dan .menerapkan protokol 3T: trace (melacak), test (mengetes), dan treat (mengobati).
Setelah adanya kasus pertama pada Januari 2020 yang dibawa oleh seorang pelajar yang pulang dari Wuhan, Kerala segera melakukan pengetesan besar-besaran. Pemerintah juga membuat kampanye “Break The Chain” guna memutus mata rantai penularan SARS-CoV-2.
Mereka membuat video edukasi protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan polisi sebagai “bintangnya”. Polisi-polisi tersebut menari memperagarakan adegan cuci tangan diiringi musik khas India. Pemerintah Kerala juga membuat robot khusus yang siap sedia mengantarkan cairan pembersih tangan (hand sanitizer).
Selain penanganan bidang medis, negara bagian yang menyelanggarakan pemilu perdananya pada 1957 ini melakukan pula langkah-langkah lain guna meminimalisir dampak pandemi.
Salah satu yang dilakukan adalah memfasilitasi kepulangan para pekerja migran. Ketika ratusan ribu pekerja migran di India pulang berjalan kaki, terlantar dan kelaparan lantaran lockdown nasional yang “mendadak” diberlakukan Perdana Menteri India, Narendra Modi, pada 24 Maret 2020, pemerintah “komunis” Karela melakukan hal yang lebih baik.
Para pekerja migran di Kerala dikumpulkan di rumah singgah, diberi paket makanan, dan diantar pulang dengan kereta api khusus. Pemerintah Kerala yang dipimpin CPI juga membuat sistem distribusi publik yang memungkinkan warga mendapat paket makanan gratis.
Kerala juga memiliki pusat bantuan psikologi yang dapat dihubungi ketika karantina akibat corona dirasa mengganggu kesehatan mental.
“Saya sangat yakin bahwa lockdown tanpa jaring pengaman (sosial) adalah penyiksaan,” tandas Dr. Aju Mathew. [ ]